: benz
mari singgah, sedakar lepas penat helm, dan
letakkan letih koper, pertahunan di jalur umur,
lalu kita tegakkan pandang pada tinggi menara,
"itu," kataku, "mendung yang kotor, bakal
ada hujan lumpur," kau menggeleng dan menatap
pada kunci motor. "Chevolusi, chevolusi," kudengar
seperti kata itu yang kau desiskan berkali-kali.
kau raih lagi setang motor, membanting ke arah
yang jauh menolak nyaman sangkar dan teduh sumur.
aku memetik ranting beringin, untuk bilah mengaji
lagi, kitab yang tak pernah bisa kita tamatkan...
udara tertinggal selepas kau tancap habis gas,
melaju ke arah yang jauh, aku kenal itu parfum,
lelaki yang tak meninggalkan jejak, kecuali
tumpah kopi di taplak, dan kering kembang tanjung.