UNTUK persiapan mengikuti lebaran, dia tamasya ke pasar.
TANGANNYA digandeng seorang pengemis buta yang berperan
      sebagai pemandu wisata. Dia pun diajak berkenalan dan
      bersalaman dengan tokoh-tokoh pedagang kawakan. "Silakan.
      Berbelanjalah sampai pingsan. Sampai dompet Anda kewalahan."
      Kepadanya ditawarkan air zamzam asli dari amerika, peci
      bergengsi produksi singapura, kurma segar made in jepang,
      dendeng unta buatan cina dan kemeja model ustadz ibukota.
PULANG dari pasar ia sewa beca. Menyelamatkan belanjaannya.
      Ia lewati jalan-jalan kota yang suasananya sudah sepi. Tak ada
      arak-arakan jemaah takbiran, tak ada dak duk dak duk suara beduk.
      "Wah, saya keasyikan melancong ke kawasan perniagaan. Tak
      sadar Ramadan sudah gantian sama Syawal, bulannya lebaran."
      Lalu sesampainya di tujuan, dia perhatikan rumahnya dengan
      seksama. Ada yang terasa hilang. "Wah, tega-teganya, puasa pergi
      tak meninggalkan sisanya buat saya. Sungguh amat keterlaluan."
LANTAS dihidupkannya televisi. Dia kangen dengan siaran yang
      menemaninya sahur tiap subuh. Di sebuah stasiun yang jarang
      ditontonnya, nampang menteri urusan lebaran dan pelancongan
      serta perniagaan, mengabarkan sebuah pengumuman, "Lebaran
      tahun ini diperpanjang. Dengan kebijakan pemerintah, dan demi
      ketenteraman rakyat, maka kami umumkan sebuah bonus lebaran.
      Dan rakyat miskin mendapat bantuan langsung tunai lebaran."
LALU, televisi menyiarkan pemenang sayembara pelancong teladan
      yang berbelanja paling kesetanan di sebuah pusat pelancongan atau
      sentral perniagaan. Dia lihat wajah yang mirip dirinya sedang
      mendorong beca belanjaan. "Selamat, Anda berhak atas hadiah
      utama, yaitu pergi berziarah ke disneyland bersama artis ibukota.