Sajak Octavio Paz
lembaran hari aku sibakkan,
apa yang kusebut aku tuliskan
dengan gerak bulu-bulu matamu.
aku masuki engkau,
gelap yang sesungguhnya.
aku inginkan gelap yang membuktikan,
aku ingin meneguk hitam anggur:
dan renggut mataku lalu hancurkan.
Setetes malam
jatuh di puting dadamu:
misteri bunga anyelir.
Maka kupejamkan mata
lalu kubuka di dalam matamu.
Selalu saja terjaga
di ranjang pualam merah:
lidahmu yang basah bergetah.
Ada air berpancuran
di kebun buluh nadimu.
Dengan topeng darah
kupintasi kosong benakmu:
amnesia menuntunku
ke sisi lain kehidupan.