/1/
aku sudah lama putuskan, tidak lagi
berlangganan buletin dari jawatan
kebohongan. Sampai kemarin kuterima
SMS-mu. HEI, APA KABAR? MASIH PUNYA
RAHASIA UNTUK DIDUSTAKAN?
aku tidak me-repply. Hidup sudah terlalu
nyaman, bukan? Dengan kata lain harus
disebutkan, sudah terlalu membosankan.
Pas sekali dengan kalimat favorit yang
dulu pernah saya simpan, tapi tak pernah
saya ucapkan: "Awas, hidup enak bisa
jadi ancaman!"
/2/
SMS-mu datang lagi pagi ini: PAGI-PAGI
BEGINI, SIAPA YANG PALING ENAK KITA BOHONGI.
Aku mau bilang: SIAPA LAGI KALAU BUKAN DIRI
SENDIRI? Tapi aku tidak me-repply. Hanya teringat
pertanyaan lama yang belum juga ketemu jawabannya:
Adakah bahasa yang menolak ketika dipakai untuk
berdusta?