ADALAH sikap yang khas penyair, bahwa meksi ia dikecewakan bayangannya, tidak mengutuk tapi menerima, sumerah. Kalaupun ia mengutuk, kutukannya bukan lantaran benci, namun lantaran cinta. Cintanya tak terbatas pada hal-hal yang memuaskan hatinya saja, tak terbatas pada apa-apa yang memenuhi harapannya saja, tapi cinta akan menjamah dunia yang bahkan tidak dia inginkan, dunia yang tidak dia harapkan. Kalaupun lahir kutukan, kutukannya mesra serta ikhlas.
* Ajib Rosidi, dalam pengatar, Kumpulan Puisi Cari Muatan, Balai Pustaka, 1958.