dari sajak Water oleh Pablo Neruda
Ketika segala meremang, tegak berdiri di bumi,
semak mencakarkan duri, dan benang hijau
menjelujur jauh, petal pun luruh, gugur jatuh,
luruh dan jatuh, yang menjelma jadi sisa satu-satunya bunga.
Air pun menjadi ihwal lainnya.
Air yang tak berarah, tapi jernihnya yang tenang
mengarus menembus seluruh imajinasi warna-warna,
menyerap kearifan yang tegas ada pada batu
dan pada peranan yang ia mainkan
ada yang sangat diinginkan buih. Yang tak pernah terwujudkan.