(1)
HATI-HATI, formulir itu sudah disodorkan
padamu. Dia diam-diam sedang merumuskan
kembali siapa dirimu. Dia mula-mula
akan meminta kau menyebutkan nama, bukan?
Dan kau akan dengan senang hati menyebutkan
satu dua kata yang mestinya kau rahasiakan saja.
(2)
TIBA-TIBA kau bertanya: dari mana saja datangnya
formulir-formulir itu? Bagaimana mereka tahu
menuju alamatmu? Kenapa setiap pagi ada saja
satu dua lembar yang menyapamu dari bawah pintu?
(3)
ADA sebuah formulir yang tiap saat datang ke
meja kantormu. Yang tak pernah kau jawab
pertanyaan-pertanyaannya. Yang akhirnya selalu
kau buang ke keranjang sampah bersama gumpalan
kertas gagal lainnya.
ADA sebuah formulir yang seolah menjanjikan
kemudahan apa saja, tapi kau tak pernah
terbujuk oleh buai rayunya: diskon belanja,
kartu yang katanya begitu sakti, kesempata
berwisata ke kota-kota indah... apa saja!
"HIDUP kok terlalu sederhana..." katamu
membantah seluruh skenario dalam formulir
yang tak pernah kau baca itu.
(4)
DI depan pintu itu nanti, akan ada yang
menyodorkan formulir padamu. Kau tabah saja
sebaiknya. Bukankah kita sudah terbiasa
dengan prosedur seperti itu? Isilah kolom-
kolomnya, sebagai formalitas. Terutama
pada pertanyaan siapa nama ibu kandungmu?
Selipkan saja beberapa dusta sebagai rutinitas.
Coret saja jawaban yang tak perlu dan
kosongkan beberapa pertanyaan yang tak relevan.
MEREKA tidak akan pernah membaca jawabanmu.
Mereka cuma mencoba patuh pada birokrasi.
BUKANKAH kau juga akan lupa dengan apa yang
kau tulis di formulir itu? Jadi lekaslah isi
dan kembalikan. Karena di belakangnya ada
antrean panjang, dan di depanmu ada pintu
lagi dan akan ada yang menyodorkan formulir
lagi...
(5)
TELAH kauisi formulir kosong ini yang
sama sekali tak pernah kau mengerti.
Setelah itu? Ya, tunggu saja, nasib kita
sedang diundi.
Agt 2003