AKU bisa meniti pelangi, tapi buat apa? Sebab ia tak menyeberangkan aku ke mana-mana. Di cakrawala ini, aku terjebak dari ujung ke ujung. Tak pernah sampai ke selasar telagamu.
Tak ada telaga, hanya kubangan bubur lumpur yang terus-menerus menyembur. Tak ada pelangi, hanya warna-warna parau tangisan kami. Pecah dan patah menikami langitmu.