: Shania SaphanaAPAKAH engkau sedang terbaring di rumah sakit bersalin?
Dan dia mendampingimu, menggenggam tanganmu, seakan
dengan begitu, terbagilah sakit yang kau tanggung saat itu.
Lelakikah anakmu? Atau perempuan? Apakah nanti kata-kata
indah yang kita ciptakan akan kau namakan pada anak yang dia
azankan itu? Pada anakmu dan anaknya - bukan anak kita - itu?
*
Apakah engkau sedang di taman? Mengajari anakmu jalan?
Dan dia, mencemaskan kalian dari jauh, dari kursi yang teduh.
Di kursi itu, harusnya duduk aku, membaca naskah buku puisi,
yang hendak kuterbitkan sebagai persembahan buat engkau.
*
Apakah engkau sedang membayangkan aku menulis puisi?
Puisi ini, puisi yang mungkin kelak kau bacakan buat anakmu,
anak yang kau namai seperti namaku. "Aku ingin dia menjadi
penyair seperti kamu," katamu, saat dulu kita berpisah, dan
aku pergi membawa undangan pernikahan, yang mencantumkan
namamu dan nama seseorang (yang pasti bukan namaku) itu.
*
Atau, apakah engkau sedang terbaring di sebuah makam?
Dia menziarahimu. Bersama anak yang lahir sempat, seperti
bertukar nyawa denganmu. Anakmu-anaknya, bukan anakku.