Salam kenal buat om hasan, :)
     Sejak pertama saya mengenal arti kehidupan, bentuk dan macamnya, saya mulai mengartikan 'macam' dari bentuk kehidupan sebagai 'warna hidup', karena banyak macamnya saya katakan itu 'corak hidup'.
     Saat ini, ketika saya membaca puisi-puisi om Hasan Aspahani, saya teringat kenangan ketika saya masih ada di Ponorogo, saya mulai membaca karya cerpen sufitik milik seorang alumnus IAIN Sunan Kalijaga yogya, saat itu saya juga baru membaca sastra miliki orang-orang lain. kenapa saya katakan orang lain? Karena saya sejak SMP saya percaya bahwa setiap orang memiliki sastra (seni) tersendiri yang jika diungkapkan dalam kata akan terbentuk menjadi puisi atau cerpen atau apa saja...
     Tadi, 2 jam yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman, saya minta dia menulis dan dipublikasikan ke umum, karena saya tahu tulisan sastranya cukup menarik, dia bilang "Tulisanku sudah MATI". Saya katakan padanya bahwa seni sastra dalam diri seseorang tidak akan pernah mati, selama orang itu masih memiliki rasa dan perasaan selama orang itu masih memiliki pengertian (dan kalau rasa + pengertian hidup itu diungkapkan dalam bentuk tulisan kan menarik, Om.
     Membaca puisi om Hasan.. sepertinya mas hasan benar-benar sedang mengalami tarian ego saat ini. Selamat menari Om Hasan... Ajak semua yang kamu miliki untuk menari jika kau sedang memegang pena dan kau ajak tanganmu menari maka tulisanmu akan berharga, sangat berharga.
Arif Syuhada, Nasr City, Cairo, Egypt.