Kau pejam mata menandai saat tak lagi jaga
Itu lelap? Bukan, itu saat musuhmu waspada.
Kau tahu yang di pelupuk kami tak mengawasinya
Masih bergesa mata, mabuk, alangkah, dalamnya.
Perlakuanmu keliru, tapi itu yang pasrah kuterima
Kesalahanmu, seperti berkah Tuhan, kusambut gembira.
Banyak kepala tertunduk, ketika pandang bertepuk
Tersayat oleh tajam, tetes-tetes air, kau pun takluk .
Duh, dua mataku badai lautan darah
Dunia-dunia terhancur dalam amuk bah.
Kadang darah kehausan, pesan tuhan terkabar
Ada penuang piala, anggur, semerah darah segar.
Anggur dan penuang piala? Jejak Tuhan jua.
Tuhan hanya tahu, cintaku ini bermakna apa.
Di dapur hati, anggur dan santap kita nikmati
Lalu seluruh kota mengendusi isyarat wangi.
Rapatkan mulutmu seperti penyelam di laut
Hanya di dalam air, hidup ikan berlanjut.
Dari Divani E-Sham, Jalaluddin Rumi.
* Judul dari HA.