sajak SRF*
setelah bait piano
dalam layar wayang pagi
kabut susut
dan embun berpecahan
di kusut serai
matamata mati
bilah rusuk yang rusak
akhirnya kau pergi
: memburu matahari
seperti tamu-tamu lainnya jua,
ternyata, yang datang ke mari,
ke rumah puisi
kau singgah hanya untuk merokok
sambil berolok-olok
lalu tiba-tiba merasa
dipojokkan oleh luka;
coklat tua
padahal belum
terangkum dendammu semalam,
tak terangkum,
di antara surup huruf,
lukakata,
dan kalap kalam
tapi barik-barik musik itu
akan segera usai,
dari mana barak sangsai
menyusun jeruji
''ya mahaspahani,
kapan kau padamkan tungku
di tungkai kakimu!''
* pemenggalan bait dan judul dari HA.