Ada suatu malam, yang membuka pikir, jatuh aku tak sadar
Mereka katatan seiris sabit, bagiku purnama terang berpendar
Ada suatu malam, ketika kekasih mengada di tengah kita
Malam bagai seratus siang yang membuka terangnya.
Di sekitar kita, hukum kausalitas pun mandul, rusak
Ketika kau sebut rindu pada sang Kausa Pertama,
Kemelaratan si penadah sedekah tak hendak mengelak
Kesukaran mereka, disusurinya dengan bangganya
Di dunia ini tercapai puncak kebangkatan kita
hingga pikiran lain dan Hari Kiamat melindap
Menetap dalam berkah Tuhan yang tak sudah-sudah
Anugerah yang hendak ditolak semua makhluk lainnya.
Semesta dunia menyerupa Sham-e Tabriz
Bernaung di bawah bayang teduh payung kembang.
(Divan-e Sham, syair ke-24 , Jalaluddin Rumi)
* Judul dari HA