Janji Januari
bisakah kukoyak
bulan memar itu
dari seluruh kalender?
sia-sia
mengharap jawab
hanya luruh hujan makin kerap
hanya dekap dingin makin ketat.
Jan2003
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Thursday, January 30, 2003
Saturday, January 25, 2003
Tak Akan Ada Lagi Puisi Seperti Ini
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,
yang tak jenuh-jenuh menampung segenap air mata,
sebab kami menangis bersama
saat menuliskan satu-satunya kata
yang berabad lama kami pelihara
yang kususuneja huruf demi hurufnya
dari kucur kekal luka: Mahaluka!
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,
yang kemas menyimpan semesta resah
ketika padanya akhirnya kubuka satu-satunya
rahasia, yang sudah kujaga berabad lama, yang
telah membuat aku berkali-kali dihukum penggal
: mati, sebab bertahan mengunci bicara,
membisukan semua pintu-pintu suara.
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini
yang ikhlas menyimpulkan seluruh sepi,
sepi yang alangkah kerasnya bertahan, yang
mengisi penuh seluruh kosong semesta hati
menjelajah ke semua arah berbatas entah, yang
menjadi mula seluruh suara yang kini mengkhianatinya,
ya, tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini...
jan2003
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,
yang tak jenuh-jenuh menampung segenap air mata,
sebab kami menangis bersama
saat menuliskan satu-satunya kata
yang berabad lama kami pelihara
yang kususuneja huruf demi hurufnya
dari kucur kekal luka: Mahaluka!
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini,
yang kemas menyimpan semesta resah
ketika padanya akhirnya kubuka satu-satunya
rahasia, yang sudah kujaga berabad lama, yang
telah membuat aku berkali-kali dihukum penggal
: mati, sebab bertahan mengunci bicara,
membisukan semua pintu-pintu suara.
tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini
yang ikhlas menyimpulkan seluruh sepi,
sepi yang alangkah kerasnya bertahan, yang
mengisi penuh seluruh kosong semesta hati
menjelajah ke semua arah berbatas entah, yang
menjadi mula seluruh suara yang kini mengkhianatinya,
ya, tak akan pernah ada lagi puisi seperti ini...
jan2003
Friday, January 24, 2003
Monday, January 20, 2003
Beginikah Mestinya Cinta Disajakkan?
cinta ini sayang, menyebab jagaku rusuh tidurku resah, maka
sayangku, tanpa setahumu, aku telah membaca
beribu-ribu sajak cinta, tapi hingga kini, aku tak bisa
juga temukan itu keyakinan, aku, wahai sayangku
justru semakin dirundung ragu, dikepung gamang itu
: memang beginikah mestinya cinta disajakkan?
karena, wahai sayangku, rasanya cintaku padamu
tak akan pernah bisa puas terwakilkan
dengan seindah apapun sajak, tersebab itu
sayangku, apakah ada cara lainnya agar
cintaku ini, padamu sempurna sampainya
jan2003
cinta ini sayang, menyebab jagaku rusuh tidurku resah, maka
sayangku, tanpa setahumu, aku telah membaca
beribu-ribu sajak cinta, tapi hingga kini, aku tak bisa
juga temukan itu keyakinan, aku, wahai sayangku
justru semakin dirundung ragu, dikepung gamang itu
: memang beginikah mestinya cinta disajakkan?
karena, wahai sayangku, rasanya cintaku padamu
tak akan pernah bisa puas terwakilkan
dengan seindah apapun sajak, tersebab itu
sayangku, apakah ada cara lainnya agar
cintaku ini, padamu sempurna sampainya
jan2003
Sirup Rasa Mawar Cap Ikan Paus
dengan krayon merah, anakku menggambar 7 gelas besar
katanya, "ini bukan darah, tapi sirup rasa bunga mawar"
di kertas lain, digambarnya juga 7 ikan paus, tentu saja besar
"satu, dua, tiga...dan tujuh. Dan mereka haus benar-benar."
lalu anakku menggaris lurus-lurus, 7 buah garis merah
katanya itu pipet, ya itu pipet, bukan tombak berdarah!
jan2003
dengan krayon merah, anakku menggambar 7 gelas besar
katanya, "ini bukan darah, tapi sirup rasa bunga mawar"
di kertas lain, digambarnya juga 7 ikan paus, tentu saja besar
"satu, dua, tiga...dan tujuh. Dan mereka haus benar-benar."
lalu anakku menggaris lurus-lurus, 7 buah garis merah
katanya itu pipet, ya itu pipet, bukan tombak berdarah!
jan2003
Saturday, January 18, 2003
ODE BAGI GURIH GARAM*
alih bahasa dari sajak Pablo Neruda
Asin garam
di wadah garam
pernah kulihat ia di ladang garam.
Aku tahu
engkau tak akan mau
percaya pada apa kataku,
tapi sungguh
asin garam itu berlagu,
lagu-lagu yang asin, bentang
ladang-ladang garam itu
berlagu-lagu
meski dengan mulut yang
ditimbun tubuh bumi.
Aku pun menggigil dalam kesunyi-sunyian ini,
ketika sampai kudengar
suara asin garam
di gurun geram.
Tak jauh dari Antofagasta
padang-padang rumput basa
menerusulangkan gema:
sebuah suara
yang parah terluka,
lagu-lagu
duka cita.
Pada guha-guha
asin garam
menggunung kubur cahaya,
katedral tembus cahaya,
kristalnya samudera, ombak
yang terlupa padanya.
Maka lalu, pada setiap meja hidang
di mana saja di dunia,
wahai garam,
kami temui gurih serbukmu
memercikkan
cahaya kehidupan
pada tiap saji santap kami.
Penjaga palka-palka kapal-kapal tua,
penemu arah
di puncak-puncak laut.
Pelaut tersemula
yang entah asalnya,
bertukar arah dengan buih-busa.
Debu-debu laut yang datang
padamu, mengirimkan
ke lidahmu kecupan malam samudera: lalu
rahasia rasa yang adil disampaikan
kepada semua bumbu, semua rempah.
Sembah saji, dari lautmu tersari;
Miniatur terkecil
ombak, pada wadah garam di meja
membukakan pada kita
lebih dari sekadar serbuk putih di dapur kita;
garam:
pada asinnya
kita kecup kecap tak terhingga rasa.
Jan2003.
* Judul asli: Ode To Salt.
alih bahasa dari sajak Pablo Neruda
Asin garam
di wadah garam
pernah kulihat ia di ladang garam.
Aku tahu
engkau tak akan mau
percaya pada apa kataku,
tapi sungguh
asin garam itu berlagu,
lagu-lagu yang asin, bentang
ladang-ladang garam itu
berlagu-lagu
meski dengan mulut yang
ditimbun tubuh bumi.
Aku pun menggigil dalam kesunyi-sunyian ini,
ketika sampai kudengar
suara asin garam
di gurun geram.
Tak jauh dari Antofagasta
padang-padang rumput basa
menerusulangkan gema:
sebuah suara
yang parah terluka,
lagu-lagu
duka cita.
Pada guha-guha
asin garam
menggunung kubur cahaya,
katedral tembus cahaya,
kristalnya samudera, ombak
yang terlupa padanya.
Maka lalu, pada setiap meja hidang
di mana saja di dunia,
wahai garam,
kami temui gurih serbukmu
memercikkan
cahaya kehidupan
pada tiap saji santap kami.
Penjaga palka-palka kapal-kapal tua,
penemu arah
di puncak-puncak laut.
Pelaut tersemula
yang entah asalnya,
bertukar arah dengan buih-busa.
Debu-debu laut yang datang
padamu, mengirimkan
ke lidahmu kecupan malam samudera: lalu
rahasia rasa yang adil disampaikan
kepada semua bumbu, semua rempah.
Sembah saji, dari lautmu tersari;
Miniatur terkecil
ombak, pada wadah garam di meja
membukakan pada kita
lebih dari sekadar serbuk putih di dapur kita;
garam:
pada asinnya
kita kecup kecap tak terhingga rasa.
Jan2003.
* Judul asli: Ode To Salt.
Thursday, January 16, 2003
Bermain Rumah Denganmu
ini batas rumah kita, ujarmu, lalu kubuat garis di atas pasir
itu, jadilah denah rumah, dan tanganmu dengan kelincahan
yang selalu kukagumi menambahkan garis-garis lengkung
tanaman berbunga, di sini petunia, ujarmu, lalu alamanda,
dan difens, dan coleus, serta warna-warni begonia
ini kamar tidur kita, ujarmu, lalu kau sketsakan lelap tidur kita di
sana, kau imajikan warna, desain ruang, dan aroma melati
yang semerbak lewat jendela, dan sedepa dari sana kau
tanam wangi kenanga
lalu kau lingkarkan kurva melingkupi kau aku dan gambar
rumah kita, dan kau minta aku mengeja nama kita di pasir
itu, juga nama anak-anak kita yang telah lama kau reka
ketika laut mulai pasang, angin menggiring tangan-tangan ombak.
tiap deburnya sejangkal lebih dekat ke pantai bermain kita
kau cemas, tapi apa kata senja? terimalah ombak itu
karena ia akan mengabadikan rencana-rencana
menjelang mei1996
ini batas rumah kita, ujarmu, lalu kubuat garis di atas pasir
itu, jadilah denah rumah, dan tanganmu dengan kelincahan
yang selalu kukagumi menambahkan garis-garis lengkung
tanaman berbunga, di sini petunia, ujarmu, lalu alamanda,
dan difens, dan coleus, serta warna-warni begonia
ini kamar tidur kita, ujarmu, lalu kau sketsakan lelap tidur kita di
sana, kau imajikan warna, desain ruang, dan aroma melati
yang semerbak lewat jendela, dan sedepa dari sana kau
tanam wangi kenanga
lalu kau lingkarkan kurva melingkupi kau aku dan gambar
rumah kita, dan kau minta aku mengeja nama kita di pasir
itu, juga nama anak-anak kita yang telah lama kau reka
ketika laut mulai pasang, angin menggiring tangan-tangan ombak.
tiap deburnya sejangkal lebih dekat ke pantai bermain kita
kau cemas, tapi apa kata senja? terimalah ombak itu
karena ia akan mengabadikan rencana-rencana
menjelang mei1996
Tuesday, January 14, 2003
Monday, January 13, 2003
Janin dalam Rahim Puisi
: di ruang praktek dokter kandungan.
Tuhan,
pindahkan saja janin
di kandungan itu ke mataku,
agar setiap sel yang membelah,
dapat kuiringi dengan ketakjubanku
pada-Mu.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang suci itu ke hatiku,
agar didengarnya setiap
doa yang kupintakan untuknya
dari-Mu.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang mukzizat itu ke jantungku,
agar kami bisa saling menyapa
sejak detak hidup yang
pertama.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang indah itu ke lidahku,
agar dirasakannya rindu yang
tak ikut terucap ketika kusebut-sebut
nama yang kupersiapkan untuknya.
tapi, jangan pindahkan ia
ke tangan dan bahuku, Tuhan.
Biar saja letih ini menjadi
rahasia seseorang yang terus
berikhtiar menjadi pengemban
amanat yang Kau hadiahkan.
Jan2003.
: di ruang praktek dokter kandungan.
Tuhan,
pindahkan saja janin
di kandungan itu ke mataku,
agar setiap sel yang membelah,
dapat kuiringi dengan ketakjubanku
pada-Mu.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang suci itu ke hatiku,
agar didengarnya setiap
doa yang kupintakan untuknya
dari-Mu.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang mukzizat itu ke jantungku,
agar kami bisa saling menyapa
sejak detak hidup yang
pertama.
Tuhan,
pindahkan saja janin
yang indah itu ke lidahku,
agar dirasakannya rindu yang
tak ikut terucap ketika kusebut-sebut
nama yang kupersiapkan untuknya.
tapi, jangan pindahkan ia
ke tangan dan bahuku, Tuhan.
Biar saja letih ini menjadi
rahasia seseorang yang terus
berikhtiar menjadi pengemban
amanat yang Kau hadiahkan.
Jan2003.
Friday, January 10, 2003
Skenario Persetubuhan Pertama di Dunia
: untuk Ramon, Nanang (juga yang lain, siapa saja yang ingin).
/adegan I/
Ia terbaring bersama letih
yang belum sempat ia beri nama,
juga seorang di sampingnya
yang sama asingnya.
"Hawa? Hawa? Betulkah Tuhan
pernah menyebut nama itu di surga?
/adegan II/
Yang terbaring memejam di sampingnya. Begitu
damai tampaknya:
"Tapi, apa yang berdebar di dadaku,
apakah juga ada di dada itu? Di dada itu?
Yang bergetar di selangkangku, apakah
juga ada di selangkang itu? Ya, di situ?"
Yang terbaring memejam di sampingnya, sesungguhnya
juga tak dapat lelap sepenuhnya. Dia teramat ragu,
tapi jangan-jangan iblis lagi yang punya kerja. Dia teramat ingin
didengar bisik hatinya:
"Adam, rasanya kita tak akan terlalu menyesal
telah terusir dari surga."
/adegan III/
Tapi, ada yang tak sempat disadarinya ada di surga sana,
ketika disentuhnya telanjang tubuh yang sama.
Ya, ada yang tak sempat dirasakannya ada di surga sana,
ketika dipandangnya pesona mata yang sama.
/adegan IV/
Langit masih jingga, subuh teramat muda.
Daun hati masih menyimpan sihir sinar bulan.
Dingin kala itu begitu lain, begitu ingin.
Dua tubuh itu akhirnya menuntaskan
persetubuhan pertama di dunia. Setelah
semalaman begitu lain, begitu ingin.
Di rumput, tak terlacak lagi, mana keringat,
mana embun, mana cairan yang lain.
"Tuhan, di mana engkau semalam?"
jan2003
: untuk Ramon, Nanang (juga yang lain, siapa saja yang ingin).
/adegan I/
Ia terbaring bersama letih
yang belum sempat ia beri nama,
juga seorang di sampingnya
yang sama asingnya.
"Hawa? Hawa? Betulkah Tuhan
pernah menyebut nama itu di surga?
/adegan II/
Yang terbaring memejam di sampingnya. Begitu
damai tampaknya:
"Tapi, apa yang berdebar di dadaku,
apakah juga ada di dada itu? Di dada itu?
Yang bergetar di selangkangku, apakah
juga ada di selangkang itu? Ya, di situ?"
Yang terbaring memejam di sampingnya, sesungguhnya
juga tak dapat lelap sepenuhnya. Dia teramat ragu,
tapi jangan-jangan iblis lagi yang punya kerja. Dia teramat ingin
didengar bisik hatinya:
"Adam, rasanya kita tak akan terlalu menyesal
telah terusir dari surga."
/adegan III/
Tapi, ada yang tak sempat disadarinya ada di surga sana,
ketika disentuhnya telanjang tubuh yang sama.
Ya, ada yang tak sempat dirasakannya ada di surga sana,
ketika dipandangnya pesona mata yang sama.
/adegan IV/
Langit masih jingga, subuh teramat muda.
Daun hati masih menyimpan sihir sinar bulan.
Dingin kala itu begitu lain, begitu ingin.
Dua tubuh itu akhirnya menuntaskan
persetubuhan pertama di dunia. Setelah
semalaman begitu lain, begitu ingin.
Di rumput, tak terlacak lagi, mana keringat,
mana embun, mana cairan yang lain.
"Tuhan, di mana engkau semalam?"
jan2003
Thursday, January 9, 2003
Vocal: Rosa, Musik: Tak Ada!
uh! siapa kau yang menyuguh, nyanyi dari
bukit yang jauh, nada di guha tapaku penuh
dengar! diam angin, senyap satwa, dan daun
mengigit bibir erat berpegang agar tak sebisik
pun ada gemerisik: suaramu perawan suci, siapa
durja yang sampai hati mencemari?
jika akulah pemetik gitarmu, akan kuhempas
patah, sebab petikku tak pantas mengiringmu
jika akulah peniup saksofon, pasti kusesal
seluruh hembus nada yang dulu kumandang
sebab, suaramu perawan suci, siapa
durja yang sampai hati mencemari?
jan2003
uh! siapa kau yang menyuguh, nyanyi dari
bukit yang jauh, nada di guha tapaku penuh
dengar! diam angin, senyap satwa, dan daun
mengigit bibir erat berpegang agar tak sebisik
pun ada gemerisik: suaramu perawan suci, siapa
durja yang sampai hati mencemari?
jika akulah pemetik gitarmu, akan kuhempas
patah, sebab petikku tak pantas mengiringmu
jika akulah peniup saksofon, pasti kusesal
seluruh hembus nada yang dulu kumandang
sebab, suaramu perawan suci, siapa
durja yang sampai hati mencemari?
jan2003
Wednesday, January 8, 2003
Lagu Pada Kaset yang Lama
cinta kita, sayang, adalah kalimat yang
tak lengkap, yang tak pernah selesai diucap
rindu yang kita pertahankan, kelak
akan menemui yang hilang dalam kenang
yang susut dalam kabur bayang
benci yang kita sedap-sedapkan, pasti
akan basi, berlapukan dalam pegang
dalam lamur gelap pandang
tapi cinta kita, sayang, adalah mata yang
menyimpan harap, yang tak lepas tatap
jan2003
cinta kita, sayang, adalah kalimat yang
tak lengkap, yang tak pernah selesai diucap
rindu yang kita pertahankan, kelak
akan menemui yang hilang dalam kenang
yang susut dalam kabur bayang
benci yang kita sedap-sedapkan, pasti
akan basi, berlapukan dalam pegang
dalam lamur gelap pandang
tapi cinta kita, sayang, adalah mata yang
menyimpan harap, yang tak lepas tatap
jan2003
Sunday, January 5, 2003
Menjawab Pertanyaan Shiela, 2
laut itu apa, bah?
laut,
adalah jembar hati bumi
yang tak habis ikhlas mengawankan butir-butir
air dari dirinya tanpa pernah mau ikut mengatur
kemana kelak angin menurunkannya jadi hujan
adalah tabah jiwa bumi
yang memberi rumah hidup bagi
ikan-ikan juga tak pernah menutup
pintu bagi nafkah nelayan-nelayan.
kalau angin itu apa, bah?
angin adalah pengembara abadi, yang
ditakdirkan tak bernegeri, yang suka usil
mengusik diam daun-daun, tapi teramat
tahu apa yang harus dilakukan jika telah
dibentangkan layar-layar perahu nelayan, dan
yang tak pernah menolak disibukkkan
membantu anak-anak mengulur panjang
benang layang-layang.
mmm kalau ombak apa, bah?
ombak adalah kata yang dibahasakan
oleh laut yang selalu ingin bertahan diam,
ketika angin mengajaknya pergi, mengjenguk
negeri-negeri yang mungkin hanya
sempat didengar namanya, dari percakapan
anak-anak kapal nelayan yang tak letih
diantarkannya dari pelabuhan ke pelabuhan.
Jan2003
laut itu apa, bah?
laut,
adalah jembar hati bumi
yang tak habis ikhlas mengawankan butir-butir
air dari dirinya tanpa pernah mau ikut mengatur
kemana kelak angin menurunkannya jadi hujan
adalah tabah jiwa bumi
yang memberi rumah hidup bagi
ikan-ikan juga tak pernah menutup
pintu bagi nafkah nelayan-nelayan.
kalau angin itu apa, bah?
angin adalah pengembara abadi, yang
ditakdirkan tak bernegeri, yang suka usil
mengusik diam daun-daun, tapi teramat
tahu apa yang harus dilakukan jika telah
dibentangkan layar-layar perahu nelayan, dan
yang tak pernah menolak disibukkkan
membantu anak-anak mengulur panjang
benang layang-layang.
mmm kalau ombak apa, bah?
ombak adalah kata yang dibahasakan
oleh laut yang selalu ingin bertahan diam,
ketika angin mengajaknya pergi, mengjenguk
negeri-negeri yang mungkin hanya
sempat didengar namanya, dari percakapan
anak-anak kapal nelayan yang tak letih
diantarkannya dari pelabuhan ke pelabuhan.
Jan2003
Friday, January 3, 2003
Menjawab Pertanyaan Shiela, 1
hujan itu apa sih, bah?
hujan adalah madu
yang jatuh ketika
kelopak awan mekar
sebab angin menggoyang-goyang
tangkainya
tapi kok tak manis, bah?
madu hujan manisnya
tak terkecap lidah
sebab tugas lebah
nanti yang mengumpulkannya
dari putik-putik bunga
sezarah-sezarah
kenapa lebah?
sebab dulu kupu-kupu
menolak perintah itu
dan ia memilih menjadi
penari, yang menghibur
hati bunga-bunga yang
kelak layu setelah
madunya diselamatkan
oleh lebah-lebah
burung juga
datang ke bunga, bah?
di dalam bunga, ada
jatah madu untuk burung
yang diikhlaskan lebah
dan burung kelak ikut
menebar benih bunga
ke tempat-tempat yang
dijanjikan kelak
mereka berjumpa membagi
cerita perjalanan
madu, perjalanan
cinta alam raya
shiela cinta sama bunga, bah..
bunga pantas mendapatkannya
rasa cinta itu adalah madu
yang diberikan bunga
padamu, cinta yang manisnya
kekal di hati mesti juga
tak terkecap lidah kita
Jan2003
hujan itu apa sih, bah?
hujan adalah madu
yang jatuh ketika
kelopak awan mekar
sebab angin menggoyang-goyang
tangkainya
tapi kok tak manis, bah?
madu hujan manisnya
tak terkecap lidah
sebab tugas lebah
nanti yang mengumpulkannya
dari putik-putik bunga
sezarah-sezarah
kenapa lebah?
sebab dulu kupu-kupu
menolak perintah itu
dan ia memilih menjadi
penari, yang menghibur
hati bunga-bunga yang
kelak layu setelah
madunya diselamatkan
oleh lebah-lebah
burung juga
datang ke bunga, bah?
di dalam bunga, ada
jatah madu untuk burung
yang diikhlaskan lebah
dan burung kelak ikut
menebar benih bunga
ke tempat-tempat yang
dijanjikan kelak
mereka berjumpa membagi
cerita perjalanan
madu, perjalanan
cinta alam raya
shiela cinta sama bunga, bah..
bunga pantas mendapatkannya
rasa cinta itu adalah madu
yang diberikan bunga
padamu, cinta yang manisnya
kekal di hati mesti juga
tak terkecap lidah kita
Jan2003
Subscribe to:
Posts (Atom)