NAMAKU Koka, kodok mata merah yang lincah dan jenaka.
Aku suka memanjati daun pisang, membuat bayangan dengan
matahari pagi yang hangat dan terang. "Aku tak bisa melihat
bayanganmu, dari balik hijau daun pisang itu," kata matahari.
"Aku juga tidak bisa," kataku, "aku tahu kawanku si kadal
suka melihat bayanganku dan mungkin dia mau bercerita."
Tapi, kadal kawanku itu, tidak pandai bercerita. Ia menggeleng.
Malu-malu. Lalu ia berlari ke balik perdu, sesemak keladi itu.
/2/
DARI ujung pucuk pisang, aku suka melompat ke kolam kecil.
Aku suka mendengar suara yang kubikin bersama air, saat
aku menyentuh dan menyibaknya. "Ulangi lagi, panjat pohon
pisang dan lompati lagi aku. Aku juga suka mendengar suara
sibakan air saat kamu tercemplung padaku," kata Kolam itu.
Aku pun memanjat lagi. Melompat lagi. Tercemplung lagi.
/3/
DI kolam kecil itu ada teratai. Aku suka melompati dari satu
bentang daunnya, ke bentang daun lainnya. "Hati-hati, nanti
lompatanmu merobek dia," kata Ikan Mas kecil yang suka
bernaung di bawah teratai itu, dan kaget karena lompatanku.
"Tak apa-apa," kata Terarai. "Melompat saja, aku suka melihat
riak air yang melingkar, melebar dari tepi-tepi daunku, saat
kamu melompati aku!" Kini, aku dan Ikan Mas suka melompat
bersama, membikin lingkaran riak yang banyak, dan menggoyang-
goyang tangkai teratai. "Melompat lagi. Ayo, melompatlah lagi!"