Friday, June 11, 2004

Pentakosta

Sajak Derek Walcott



Lebih baik hutan di dalam kepala

daripada beton kekar tak berakar.

Lebih baik tegak dirudung bingung

dikepung kunang di kelok jalanan;



Lelampuan musim dingin tak tampak

dari trotoar yang hilang tak terlacak,

dan lidah salju pun tak bisa mengucap

tak bisa menyebut sang Ruhulkudus;



senyap yang semakin sunyi sendiri

kata-kata berjatuhan dari ujung atap

memberi tanda di sepanjang jeruji besi,

menunjuk arah, yang tak terbukti.



Tapi yang terbaik: perjalanan malam

perlahan membaca kitab-kitab pasir

yang mengirimkan, bukan bidadari sunyi

tapi burung laut yang terlambat pulang.



Tangis siapa yang melindap? Bergerak

menembus beting berpendar fosfor,

dulu, pernah diajarkan di masa kecilku,

dulu ia pernah memanggil Jiwa itu.





strong>PENTECOST



Better a jungle in the head

than rootless concrete.

Better to stand bewildered

by the fireflies' crooked street;



winter lamps do not show

where the sidewalk is lost,

nor can these tongues of snow

speak for the Holy Ghost;



the self-increasing silence

of words dropped from a roof

points along iron railings,

direction, in not proof.



But best is this night surf

with slow scriptures of sand,

that sends, not quite a seraph,

but a late cormorant,



whose fading cry propels

through phosphorescent shoal

what, in my childhood gospels,

used to be called the Soul.