Tuesday, April 22, 2003

Fragmentasi Pengusiran Bapa Adam dan Bunda Hawa, 1





I



INI fajar pertama yang belum diberi tanda, belum

dimaknai apa-apa. Adam bahkan tak tahu pasti, mungkin

saja itu senja. "Tuhan, inikah dunia itu? Inikah

tempat hukumanku itu? Lalu apa bedanya dengan surga?"

Kelak ia akan tahu, sebenarnya ia sudah bisa menduga.



Terlalu banyak tanya. Adam, tak sempat lagi bertanya. Ia

hanya tahu, Tuhan ketika itu tidak sedang mempermainkannya.



II



ADA sinar jatuh menerabas rimbun kanopi hutan, seperti

baru saja ada hujan. Ada buah jatuh, ia tak ragu lalu

memungutnya lalu mengunyahnya hingga tak bersisa. Ada

yang berkelebat di sesak semak - seperti berbaju atau

berbulu? tapi pasti bukan iblis itu. Ada yang seperti

mengawasinya, tapi itu bukan Tuhan. Itu bukan Tuhan.



Lalu lekas dijeratkannya sehelai daun, menutupi malu

yang pertama. Sebenarnya, mungkin ia hanya tak enak

hati pada dirinya sendiri. Pada dirinya yang sendiri?





III



GELAP dan terang sudah berulang bertukar, ini tak

seperti di surga. "Ah, sudahlah. Jangan lagi membandingkan

masa lalu dan sekarang," kata Adam pada dirinya

sendiri. Begitu jelas, ia dengar dirinya sendiri.



Lalu ada letih menyergap. Segera saja ia terlelap.

Kelak di tidur yang pertama itiu, ia didatangi mimpi

yang pertama. Ia bermimpi tentang surga dan Hawa.



Ya, wanita itu siapa lagi, dia pasti Hawa. Hawanya.

Khuldi di tangannya. Ada bekas gigitan mereka berdua.

Masih juga, Hawa menikmati lezat merah dagingnya.



Ketika terbangun oleh subuh yang basah, Adam tiba-tiba

merasa rindu. Teramat rindu. Tapi, kepada Tuhan, ia tak

ingin mengadu. Tuhan, pasti engkau teramat tahu.



Apr 2003