Wednesday, April 23, 2003

Drama Pertemuan Bapa Adam dan Bunda Hawa, 2



I



INI penantian yang sempurna. Bertahun-tahun Hawa menunggu

di sana. Tanah subur datar berbagi sisi dengan telaga. Ada dua

unggas berenang riang di beningnya. Kelak kita menyebutnya

sebagai sepasang angsa. Sepasang makhluk indah berbahagia.



II



INI kesetiaan yang tiada tara. Hawa teramat yakin, Adam akan

tiba, kembali jua hanya kepadanya. Ada sarang yang hangat

di sela rumput tinggi di tepi telaga. Ada tujuh telur yang selesai

dierami, lalu menjelma tujuh makhluk mungil lembut kuning muda.



HAWA serta merta merasa ada yang hangat dan tumbuh di dalam

rahimnya. Rindu kepada Adamnya tiba-tiba makin mengada. "Aku

terlalu mengada-ada?" Tidak, dihalaunya sendiri keraguannya. Lalu,

segera dipetiknya sehelai daun terlembut, dan menjeratkannya ke

pinggangnya. Menjaga rasa kasih yang pertama. Kelak dari rahim

yang terjaga itu, lahir suku-suku dan bangsa-bangsa.



III



INI pertemuan yang tak terperi indahnya. Sore nyaris saja senja. Langit

tanpa awan, kecuali sepotong yang bergegas lari ke utara. Telaga seperti

beku. Angin enggan menyentuh permukaannya. Dan mekarlah semesta bunga.



MENYAMBUT Adam tiba. Ia tak membawa apa-apa, kecuali setangkai bunga

berduri yang tak sengaja dipetiknya. Itulah mawar yang pertama. Itulah

persembahan yang pertama. Hawa menciumi segar merahnya, tersebab

wangi dan sesak bahagia di dadanya. Lalu keduanya meneduhkan letih

di tempat yang paling terlindung. Waktu seakaan berhenti mengabadikan

pertemuan yang hanya dicatat oleh diam itu.



DAN Tuhan, yang tak bisa menahan bahagia, nyaris saja memutuskan

untuk memerintahkan Adam dan Hawa kembali ke surga. Nyaris saja....



Apr 2003