BULAN MADU Alam Semesta
(Episode Perkasihan Bapa Adam dan Bunda Hawa)
untuk Istriku: Yana.
I
KITA harus menyebutnya sebagai bulan madu
alam semesta. Ketika itu Adam dan Hawa
tak sempat menyadari, mereka berdua dibius
rasa, tenggelam dalam di samudera bahagia.
Ya, dunia tak pernah lagi semesra sesempurna
saat merayakan bulan madu Adam dan Hawa.
II 
KITA harus mengenangnya sebagai bulan madu
langit dan bumi. Sebab langit mendandani diri
dengan tujuh selendang pelangi, dengan biru
terindah yang tak pernah terulang lagi. Di timur
matahari mempertahankan pagi, di barat rembulan
menyihir dengan cahaya terlembut yang pernah
ia beri. 
DAN bumi tak pernah sedamai saat itu lagi. Laut
bening telanjang, tembus pandang hingga ke palung
yang paling relung. Lihat, dansa ikan udang dan kerang, 
di sela terumbu ribuan warna. Makhluk-makhluk yang 
bahagia, saling membuahi pasangannya.  Dan ombak
tak pernah menghempas di pantai, seakan menyadari 
dosa jika merusak khusuk zikir pasir. Atau mungkin karena 
ada bekas tubuh Adam dan Hawa yang menjejak di pasir itu, 
ombak sungguh tak ingin menghapusnya. Sungguh.
DAN burung-burung menyanyikan konser bersama: orkes 
simfoni yang sempurna! Tapi, Adam dan Hawa tak sempat
mengingat merdunya dibius rasa dan tenggelam dalam
suara-suara bahagia dari dalam dada, dari luar dada. 
DAN tetumbuhan yang tak berbunga pun tiba-tiba mengubah 
warna pucuk-pucuknya, seolah menjadi mahkota yang mekar 
serentak bersama riang tari, bersama girang nyanyi, bersama 
pukau warna-warni, bersama genang aroma terwangi yang harus 
ditukar dengan ketidakmampuan mengulangi menebar wangi dan 
pesona yang sama seperti wangi saat Adam dan Hawa saling 
melebur diri, saling membagi diri, saling menyatu diri. 
III
KITA harus memaknainya sebagai bulan madu 
hati dan jiwa. Sebab Tuhan urung menyesali telah mencampakkan
keduanya ke indah dunia. Sebab iblis menahan diri untuk tidak 
membisikkan godaan untuk sementara. Untuk sementara. 
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.