Friday, April 4, 2003

ANAKKU MENGGAMBAR PERANG



PIJAR bom yang jatuh entah di mana di kota mimpi indah itu

berwarna hijau sesegar seledri menggairahkan. "Wow, lihat

bentang pemandangan yang sangat memukau, bukan?"



LANGIT bergembira, dikepung kepul asap jingga. Di sela-

selanya, percik sinar mortir baja. "Ah, indahnya!" Seperti

ada paduan suara, dentum bersahut dengan gema-gema.



KAPAS dan perban putih mencium bibir-bibir luka, ada

bekas darah di tengahnya. "Hmm, bayangkan cantiknya!"

Mahkota sempurna mawar-mawar, merekah segar mekar.



LALU anakku menunjukkan kertas-kertas itu padaku.

"Abah, kayaknya ada yang salah pada gambar-gambarku..."

(Oh, anakku, bagaimana lagi aku harus membohongimu).



Apr 2003.



Note: Puisi berikut ini diposting oleh TS Pinang di milis penyair 6 April 2003. Matur nuwun, Om Pin. Karena puisi ini, Shiela jadi ingin cepat bisa membaca. Aku tidak akan memaksanya.



LOMBA MENGGAMBAR

TS Pinang



: shiela aspahani



lihatlah Shiela dan meja pikniknya

ada kertas di atas meja itu. Shiela sedang menggambar



Shiela menggambar pohon. daunnya biru. ia tak suka menggambar api.

Shiela suka menggambar matahari kuning oranye. Shiela menggambar

perahu di dalam akuarium, dan putri duyung berwarna ungu. "dia sedang

flu," kata Shiela malu-malu



Shiela menggambar balon warna maron. "warna merahku telah habis, "

kata Shiela. kemarin ia memang menggambar perang. Shiela menggambar

mega. ia tampak ragu mewarnainya



Shiela menggambar petak sudahmanda. merah, kuning, hijau muda.

seorang anak duduk di pinggirnya. "kakinya luka," kata Shiela.

mungkin kena pecahan kaca. Shiela menggambar laut, ada gawang sepak

bola di sana. "lapangannya terbakar bom," Shiela tersenyum simpul



Shiela menggambar langit

senyumnya menguap seketika





april 6, 2003



Note: Ompit Abimanyu meninggalkan puisi berikut ini di buku pesan (Judul dari HA)



KUAS INI KITA KEMASI

Ompit Abimanyu



anakmu menggambar perang di keningku

menjadi asap obat nyamuk menyedak

lubang hidung yang terbuka mencari bau kembang.

malam malam ketika bulan pucat tanpa maskara.

puisi telah disimpan. atau dibuang?



shiela, angin semakin dingin, sayang.

mari kita gambar anak pipit yang

menggigil di ranting sengon.

menyempurnakan garis luka dikening jam.



atau mari, kuas ini kita kemasi.

sebab abah telah menanti. di atas ranjang,

semoga mimpimu penuh bintang atau senyum para

peri melayang. menghapus jejak darah dan

mesiu dari buku buku jemarimu.



shiela. selamat menikmati belai mimpi.

sehangat lengan abah selembut senyum umi.



2003