Wednesday, June 24, 2009

[Ruang Renung # 236] Cara Puisi

FRASA kita adalah ‘menulis puisi’. Perhatikan lebih dahulu kata ‘menulis’ pada frasa itu. Bedakah menulis puisi dengan menulis hal lain yang bukan puisi? Ada sama, ada juga bedanya.



Menulis berarti menghasilkan tulisan, sesuatu yang tertulis. Tulisan itu bisa – dan tentu kita harapkan – dibaca oleh orang lain.

Tentu saja Anda bisa bilang, “saya menulis untuk diri saya sendiri. Bukan untuk orang lain.” Nah, sadarilah, bahwa untuk siapa pun Anda menulis – aturannya akan sama saja. Bukankah bisa juga dianggap, bahwa kita yang menulis, dan kita yang membaca adalah dua pihak yang berbeda?

Jadi, kita menulis menghasilkan tulisan untuk dibaca pihak lain. Menulis – dengan demikian – adalah sebuah tindakan komunikasi. Sebuah ikhtiar percakapan. Ada pesan yang ingin disampaikan. Ada kita yang menyampaikan, dan ada pembaca kemana pesan kita hendak menyampai. Ada medium yang menyampaikan pesan itu. Ada cara menyampaikan pesan itu.

Puisi – ingat selalu ini – adalah juga seni. Seni Puisi. Maka, yang mengasyikkan ketika menuliskannya adalah bagaimana cara menyampaikan pesan itu. Sebab isi pesannya bisa saja sama, walaupun, dari pilihan isi pesan ini seorang penyair bisa menunjukkan kekhasan atau kehebatannya.

Isi pesan itu bisa saja disampaikan dengan cara lain – cara yang bukan puisi. Maka ketika isi pesan itu telah kita pilih untuk disampaikan lewat puisi – maka perhatikanlah bagaimana cara menyampaikannya, cara yang puisi, cara Puisi.[]