IA sentuh ubun-ubun engkau dengan kecup embun,
menuntun aku tentang tabiat Kasih dan Kasihan.
Ia belum mati, Ia belum mati, Puan Kasih! Kasihkan!
Bahkan bila ia berkenan, aku mohon nabi perempuan:
Ia utus kau padaku, satu-satunya pembenarmu.
Kekal cium pada engkau, Puan, di punggung lengan.