Monday, November 27, 2006

[Sajakanak # 002]

Pak Hujan Jualan Hujan di Musim Hujan


PADA musim hujan Pak Hujan sering datang ke rumah
saya. Pak Hujan berjualan hujan. Pak Hujan berjualan
macam-macam hujan. Ada hujan lebat. Ada hujan rintik.
Ada hujan gerimis. Ada hujan badai. Tapi saya tak pernah
beli hujan. Teman saya juga tak pernah beli hujan dari
Pak Hujan. Kalau tidak ada yang membeli hujannya, maka
Pak Hujan menumpahkan saja semua hujan jualannya.

PAK Hujan tidak marah. Soalnya kalau hujannya sampai
ke bumi semua jadi basah. Pak Hujan senang melihat
semuanya basah karena hujannya. Bunga ibu saya di
halaman basah. Jalanan di depan rumah kami basah.
Pohon angsana di tepi sungai basah. Mobil-mobil yang
diparkir juga basah. Kakak juga basah kalau dia pulang
sekolah waktu hujannya Pak Hujan sedang dihujankan.

SAYA suka melihat air hujannya Pak Hujan mengucur
di ujung genteng rumah saya. Saya juga suka melihat
air hujannya Pak Hujan menitik dari ujung-ujung daun
pohon ceri di depan rumah kami. Pohon ceri itu ditanam
ayah waktu ibu melahirkan saya. Pohon ceri itu tumbuh
karena selalu tersirami hujannya Pak Hujan.

TAPI saya tak boleh bermain dengan hujannya Pak Hujan.
Nanti saya demam, kata Ibu saya. Nanti saya mau pesan
hujan khusus dari Pak Hujan. Hujan yang baik hati. Seperti
hati Pak Hujan. Hujan yang tidak membuat saya demam.