Sunday, November 19, 2006

[Ruang Renung # 171] Mendekati Kebenaran

MENULIS puisi bukan sekadar berindah-indah dengan tubuh bahasa. Bukan hanya memolek-molekkan wajah ucapan dengan kata-kata bercahaya. Yang juga penting adalah jiwa atau apa yang hendak diucapkan dan ditubuhkan itu. Jiwa puisi itu juga harus indah dan bercahaya. Ia harus mengandung sesuatu yang bisa membuat pembaca tertunduk, merenung, mengingat diri sendiri. Ia harus menggugah. Ia harus menawarkan sesuatu yang bernilai dan berkebenaran.

MEMANG kebenaran itu ada di mana-mana. Kebenaran di satu sisi jalan, kadang tak ada di sisi jalan lain. Tetapi jika kita mau menempuh sabar, maka akan selalu saja ada kebenaran yang sama yang ada di sepanjang jalan mana pun. Ada kebenaran yang sama hendak dituju di ujung sana, di jalan mana pun kita menempuhnya. Dengan puisi, pada kebenaran yang seperti itulah kita mesti senantiasa gandrung dan mendekat.

DAN, kita kutip Budi Darma, apabila kebanyakan orang mengatakan bahwa yang penting di dalam tulisan sastra adalah keindahannya, maka sebetulnya keindahan itu pun bukanlah disebabkan oleh keindahan bahasanya seperti yang banyak dikatakan orang, melainkan karena keberhasilan tulisan sastra tersebut mendekati kebenaran. []