SEPAGI itu, lidahku menampi panas terung goreng, yang baru kau angkat dari apimu. Kita tahan ucap aduh, pada mulut lepuh.
Aku hamparkan putih nasi, kepul uap api. Kau menabur mentah teri, kecambah sepi, cabai duri. Kita saling suap, darah di jari.
Sarapan yang ganjil, yang tak kita tuntaskan. Sebab menggigil gigi. Labil Lambung. Dan kita bukan sepasang angka yang mau takluk pada aritmatika.