1. KITA sepasang ombak, yang matang, bertembuk di pantai curam, dari tengah laut kita bertimpaan, selam-menyelam. Tiada yang ingin karam.
2. KARANG itu, dulu, adalah aku, ombak yang tak ingin redam. Dan pantai itu, dulu, adalah engkau, badai yang tak ingin padam. Kini, kita damai, berdamai, tapi dendam, saling memendam.
3. DI laut yang dalam, tahukah kita beda siang atau malam? Beda surut atau pasang? Gelap dan senyap, adalah tempat, dan alasan sembunyi yang lingkup lengkap.
4. JIKA aku datang, mengejar engkau, aku adalah ombak yang mengetam jejakmu, melicinkan lagi pasir, dan pantai itu. Maka, engkau adalah hal yang tak tergapai.
5. KALA kalam kelam, lidahku sehitam malam. Yang kuucapkan, kata yang tajam, melukai mulutku sendiri, semakin semak maki-maki.
6. DI sinikah kita janji ketemu? Di muara muram ini? Aku elu-elu dari hulu, kau jerat jerit elang laut itu. Di muara murung ini?
7. DENGAN demam, tubuhku mengucap apa yg ia pendam. Mungkin, akhirnya, kami, aku dan tubuhku, rindu sekadar sekejap pejam.