Sunday, June 4, 2006

Penyair Tua & Jin Hujan Perempuan

/1/

"DI dalam hujan hidup seorang jin perempuan,"
kata penyair tua itu mengakhiri sajaknya.

Aku tertawa, sama sekali tidak percaya.
Soalnya, adakah yang melebihi cintaku pada hujan?
Sahabat masa kecil rinduku padanya tak pernah
selesai kurumuskan, yang selalu mengajak bermain,
dan kami selalu telanjang tanpa pernah khawatir
kedinginan.

"Hujan, petikkan mangga di pohon raksasa itu!"
kataku. Maka hujan pun menggoyangkan dahan
dengan tangan anginnya, mangga pun berguguran.
Aku berebutan dengan tupai, monyet dan hujan.

"Hujan buatkan aku kolam ikan," kataku. Maka,
hujan pun menciptakan genangan dan bah menggiring
ikan-ikan kecil yang mengajariku berbagai cara
berenang, dan menciptakan buih-buih di permukaan,
lalu dipecahkan oleh hujan.

/2/

"DI dalam hujan hidup seorang jin perempuan,"
aku kini teringat akhir sajak penyair tua itu.

Mungkin karena kenangan itu aku tiba-tiba
amat merindukan hujan. Aku pun menelusuri sisa
petang itu. Mengingat-ingat nama awan yang dulu
kukenal dan ingin kupanggil mereka agar menyampaikan
pesan rinduku pada kawan hujan. "Apakah dia sedang
ditawan oleh jin perempuan?" aku menduga-duga,
dan sepertinya mulai percaya pada ramalan pada
baris akhir sajak si penyair tua.


/3/

"AKU juga sangat mencintai hujan..." kata sebuah
suara, tepat ketika aku sampai di sebuah tepian kota,
saya kira dia sedang sembunyi di laut, tapi dia tak ada
di sana, saya kira dia ada di antara lalu lalang orang
yang tak kutahu namanya, tapi dia juga tak ada di sana.

"Saya ada dalam hujan," katanya, tapi saat itu tak ada
hujan. Saya kira dia adalah jin perempuan yang disebutkan
dalam baris terakhir sajak penyair tua yang kini sangat
ingin kutemui.

Aku pun mencari buku telepon lama. Barangkali saja ada
sisa nama dan nomor teleponnya di sana. Aku hanya ingin
bertanya bisakah ia ramalkan dalam sebuah bait sajaknya
kelak aku berubah jadi hujan saja? Agar bisa saling
menawan: aku dan jin perempuan. Atau kembalikan aku
ke masa lalu, kembali menjadi bocah telanjang yang
bermain bebas bersama telanjang hujan. Dan kubayangkan
diam-diam, ada jin perempuan yang mengintip dan iri
pada keriangan aku dan kawan hujan.

























Gambar dipinjam dari Painetworks.