Tuesday, June 27, 2006

Duka Kupeluk sebagai Tembuni

BAPAKKU membuahi ibu di lantai kamar. Tanpa tikar.

"Kelaminmu hambar," kata bapak. Ibu mengidam masam,
hamil di semua trotoar. Ayah nyeleweng dengan malam.

Ketika lahir, tak lagi aku menangis. Duka kepeluk sebagai
tembuni. Aku janin tumbuh dari menghirup ketuban air mata.

Ibuku ingin aku lekas meninggalkannya, sebelum Bapakku
tiba, menggenggam leherku tanpa bertanya, "Ini anak siapa?

Pada ibu aku rindu, pada bapak aku dendam jadi lelaki kasar.