Thursday, June 1, 2006

Aku Minta Kitab Jawaban

"AKU semakin bodoh," kataku
kepada Kalender Abadi,
sahabat paling sejati,
yang bingkainya waktu,
yang hobi gantung diri,
yang tak juga mati-mati,
di dinding
ruang semedi.

Saat itu aku duduk sendiri.

Lalu berani berdiri lagi.
Tak lagi bisa kubedakan:
ini gempa
atau getar lutut sendiri.

"Sedihkah aku? Tidak.
Telah selesai kesedihan,
tak lagi duka abadi.
Sejak Adam pergi,
sejak Hawa pergi,"
sanggahku sendiri,
sambil mengelap air mata di pipi.
"Duh, ini air mata siapa
kok bisa nyasar kemari?"

LAMA saling diam
si Kalender Abadi
akhirnya bertanya padaku,
- ini pertama kalinya ia ajukan,
setelah sekian lama kami
berkawan.

"Kalau aku pergi,
dan ketemu si Siapa Dia
oleh-oleh apa yang kau minta?"

"Aku minta Kitab Jawaban,
sudah terlalu
banyak dirisaukan
pertanyaan."

LAMA saling diam lagi,
sepertinya dia menyesal
mengajukan tawaran.

Hingga akhirnya
dia mengakhiri percakapan
dengan sebuah pertanyaan
- pertanyaan terakhir
yang pernah ia ajukan:

"Tidak minta
bingkisan lain saja, Kawan?"


Enigmatic Elements in a Landscape























Enigmatic Elements in a Landscape, Salvador Dali
Gambar dipinjam dari 1st Art Gallery