Friday, February 23, 2007

[Tadarus Puisi # 023] Jalan-jalan Pagi Bersama Sapardi

SAJAK Sapardi Djoko Damono "Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari" pernah kita letakkan di rehal dan didaras di kolom ini. Lebih afdal kalau sekarang kita dengarkan bagaimana si penyair sendiri membahas sajak itu. Kita kutip saja tulisan panjang dia soal proses kreatifnya sendiri yang kebetulan menjadikan sajak itu sebagai contoh. Kutipan ini berasal dari artikel "Permainan Makna" dalam buku "Sihir Rendra Permainan Makna".

Paragraf-paragraf berikut adalah kutipan dari Sapardi: Makna yang ada sulit diungkapkan dengan cara lain karena tidak bisa dipisahkan dari citra keseluruhan sajak itu. Ketakterpisahan antara makna dan peristiwa mungkin bisa lebih jelas diungkapkan dengan memakai sajak "Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari" sebagai contoh.

Tidak ada yang istimewa dalam peristiwa tentang seorang yang berjalan-jalan pada pagi hari; juga tidak ada yang istimewa dengan matahari dan bayang-bayang orang itu. Tidak istimewa: oleh karenanya tidak usah dipertengkarkan siapa yang menciptakan bayang-bayang atau siapa yang harus berjalan di depan. Namun, di tengah-tengah keseluruhan sajak itu, dua baris terakhirnya agak teasa sebagai semacam pernyataan atau komentar.

Saya merasa sering terganggu oleh komentar yang terselip dalam sajak-sajak yang saya tulis, tetapi dua baris terakhir itu tidak bisa dipisahkan dari citra sajak itu secara keseluruhan. Dalam sajak itu, justru dua baris itulah yang telah menyebabkan saya merasa bahwa peristiwa yang muncul di dalamnya bermakna, di samping sangat akrab dengan saya.