Thursday, February 15, 2007



Kisah Seratus Burung Kolibri


.:. Kubayangkan petikan gitar Akmal 
mengiringi Anya membaca cerpen Kef 


/1/
SERATUS pasang sayap kolibri mengepak, merah muda,
dari denting pertama, gitar itu memetik lagu-lagu lama.

Seratus kolibri mematuki bunga-bunga waktu,  mengingat
kisah-kisah cinta, kisah-kisah lama, kisah-kisah Anita.

/2/
SERATUS pasang kaki kolibri hinggap, dahan-dahan waktu,
dari kata pertama yang memulai cerita, stefani melumatkan
bisikan di kuping lelaki tua di sebelahnya, tentang seratus,
seribu, sejuta, kolibri yang ingin ia lepaskan dari hatinya.

Sekawanan kolibri yang kelak beranak-pinak dan kembali
membawa kisah-kisah lama, kisah-kisah cinta, yang tak habis
kau baca di sepanjang Braga, saat mengulang kenang.  

/3/
SERATUS nyanyian kolibri, denting gitar dan  perempuan
yang membaca kisah-kisah lama, kisah-kisah cinta, seperti
waktu dalam iklan Rolex di majalah Tempo: semua seperti
telah jadi abadi: tapi kenapa masih juga bergantung pada
angka dan kata? Pada jam, menit, detik yang tak bisa baka?