Tuesday, February 6, 2007

[Tadarus Puisi # 022] Siapa yang Berjalan di depan Siapa yang Menciptakan Bayang-bayang

Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari
Sajak Sapardi Djoko Damono

waktu aku berjalan ke barat waktu pagi matahari mengikutiku
        di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang
        di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara yang
        yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara
        kami yang harus berjalan di depan.
                                                                                           1971

(Mata Pisau, Balai Pustaka)

SAYA kira inilah contoh sajak imajis yang sempurna. Para penyair imajis di Inggris dan Amerika yang memulai gerakan ini di awal abad 20 mengejar apa yang mereka sebut "kejernihan ekspresi" melalui pemakaian ketepatan imaji-imaji visual. Tidak ada ekspresi yang kabur dalam sajak di atas. Tidak ada kata-kata yang meleset dari imaji visual. Semuanya bahkan sangat visual. Matahari, pagi, aku dan bayang-bayang. Itulah tokoh-tokoh utama, sekaligus masing-masing juga berperan sebagai figuran satu sama lain - dalam sajak ini.

Semuanya tampil apa adanya, tapi semuanya juga menonjol. Si aku berjalan ke barat waktu pagi, matahari di belakangnya, bayang-bayang di depannya. Semua begitu nyata. Siapa pun bisa dan pernah mengalami peristiwa itu. Jika tidak ada peran pagi, maka tak akan ada bayang-bayang di depan si aku. Jika tak ada matahari, tak akan ada bayang-bayang. Jika tidak ada aku, tidak akan ada bayang-bayang. Jika tidak berjalan ke barat maka bayang-bayang itu tidak akan ada di depan. Dan jika bayang-bayang yang sepele itu tidak diberi perhatian besar atau tidak diberi peran penting dalam sajak ini, maka sajak ini tidak akan jadi sajak. Semuanya biasa dan tidak perlu dipertengkarkan. Pesan moralnya, selaraslah dengan alam. Hayatilah harmoni kehidupan.

Sajak ini taat pada rukun sajak imajis yaitu: menggunakan bahasa dari percakapan yang umum, tapi selalu memberdayakan kata yang setepatnya kata, bukan kata yang hampir-tepat, bukan kata-kata dekoratif belaka. Tak ada kata yang berbunga-bunga pada sajak ini. Semua kata lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari. Semua orang pernah dan bisa menggunakan kata-kata penyusun sajak ini.

Apakah imaji? Ezra Pound salah satu penghulu gerakan sajak ini menyebutkan imaji adalah apa yang padanya, dalam waktu sekilas seketika, menghadirkan sebuah kompleksitas emosi dan intelektual. Nah, betapa sajak ini pun telah mencapai tarap yang ditetapkan oleh Ezra Pound. Sapardi menulis imaji apa adanya. Sekilas saja. Seketika. Tapi dari sana hadir dan bangkit emosi dan menampilkan kedalaman intelektual sekalian.

Akhirnya definisi puisi imajis pun diterjemahkan dengan baik oleh Sapardi dengan sajak ini. Puisi imajis, dirumuskan sebagai puisi dengan memperlakukan langsung "sesuatu", sebagai subyek atau obyek; dan mutlakiah menggunakan, tak satupun kata yang tak memberikan sumbangan makna. Tengoklah sajak di atas. Adakah kata yang tidak memberikan sumbangan makna? Tak ada. Semua kata hadir seada-adanya, tetapi juga memainkan peran yang sama besarnya pada keseluruhan makna sajak.

Akhirnya definisi puisi imajis pun diterjemahkan dengan baik oleh Sapardi dengan sajak ini. Puisi imajis, dirumuskan sebagai puisi dengan memperlakukan langsung "sesuatu", sebagai subyek atau obyek; dan mutlakiah menggunakan, tak satupun kata yang tak memberikan sumbangan makna. Tengoklah sajak di atas. Adakah kata yang tidak memberikan sumbangan makna? Tak ada. Semua kata hadir seada-adanya, tetapi juga memainkan peran yang sama besarnya pada keseluruhan makna sajak.