Wednesday, September 24, 2008

Pena Kencana (1) Fairkah Kontes SMS Ini?

DAN Indonesia memilih: “Kidung Pohon” Jimmy Maruli Alfian sebagai Puisi Terbaik Indonesia Pilihan Pembaca 2008. Inilah kontes sastra se-Indonesia pertama yang pemenangnya ditentukan lewat SMS. Panitia menyebutkan ada 3.172 SMS yang masuk selama periode kuis (Februari-Agustus 2008). Saya tidak tahu berapa ribu SMS yang masuk untuk puisi, dan berapa ribu SMS yang memilih untuk cerpen. Mari kita cermati titik lemah kontes ini.


Saya harus lekas katakan bahwa saya membuat tulisan ini bukan karena puisi saya tidak menang. Sejak awal mendengar kabar bahwa dua puisi masuk dalam 100 Puisi Terbaik dan itu artinya puisi saya berhak ikut kontes, saya tidak merayakannya. Saya tidak mengumumkan di blog, apalagi membujuk orang-orang untuk mengirim SMS memilih puisi saya.

Ramon Damora, kawan penyair itu mungkin berseloroh ketika dia bilang, bikin pengumuman saja di koran. Suruh orang se-Batam mengirim SMS. Saya tidak melakukan itu, lagi pula untuk mengirim SMS harus mencantumkan nomor kode khusus yang dicantumkan di sampul belakang buku bagian dalam. Artinya, satu buku yang dibeli hanya bisa untuk satu SMS. Ini sistem yang bagus. Masalahnya, kalaupun saya mau menggerakkan orang-orang di Batam, saya harus cek dulu ke toko-toko buku di Batam berapa buku yang tersedia. Di Gramedia, saya lihat tak sampai 10 eksemplar! Itu pun datangnya amat terlambat.

Panitia mengumumkan urutan lima besar pemenang adalah sebagai berikut:

P044 - Jimmy Maruli Alfian, “Kidung Pohon” - total suara: 30.38%
P099 - Zaim Rofiqi, ”Ibu” - total suara: 13.35%
P038 - Inggit Putria Marga, “Di Pintu Gerbang” - total suara: 3.45%
P017 - Dahta Gautama, “Khimaci di Showa Kinen” - total suara: 5.31%
P004 - Acep Zamzam Noor, “Lembah Anai” - total suara: 1.22%


Saya kira posisi Dahta Gautama dan Inggit tertukar. Lihat angka persentasenya. Tapi, tak apa-apa toh yang diberi hadiah hanya yang meraih sura terbanyak. Yang amat dahsyat adalah perolehan persentase suara Jimmy Maruli Alfian.

Lima puisi terpilih ini memborong 53.71 persen dari total suara. Artinya, sisa persentase suara untuk 95 sajak lain (minus sajak Faisal Kamandobat yang ditarik sendiri oleh penyairnya), bahkan mungkin saja ada sajak yang tidak dipilih oleh siapapun. Atas nama transparansi saya kira panitia harus mengumumkan sajak-sajak mana saja yang dapat dukungan SMS. Plus, dari mana saja para pengirim SMS itu berada. Ini penting. Kenapa? Misalnya, amat tidak fair kalau ternyata para pemilih Jimmy adalah orang-orang Lampung - ingat sajak Jimmy terpilih setelah terbit di Lampung Post. Kenapa tidak fair? Kalau memang itu yang terjadi maka sajak Jimmy adalah sajak terbaik pilihan pembaca Se-Lampung saja bukan se-Indonesia.

Sekarang, anggaplah perolehan puisi untuk puisi dan cerpen itu sama rata, bagi dua saja. Maka, dengan begitu puisi Jimmy Maruli Alfian menang berkat dukungan SMS sebesar 3.172 dibagi dua kali 30,38 persen. Yaitu sekitar 488 SMS. Apakah persentase itu dihitung untuk semua SMS? Kalau begitu gampang, tinggal kalikan dua, maka sajak Jimmy didukung oleh 976. Tapi kemungkinan kedua rasanya tak mungkin, kalau itu yang dilakukan itu artinya persentase SMS untuk puisi dan cerpen digabungkan begitu saja.

488 SMS! Ini jumlah yang luar biasa. Kenapa? Begini, bila saya posisikan diri saya sebagai seorang pembaca dan penikmat puisi, lalu saya ambil buku 100 puisi itu, dan saya baca seluruhnya, maka rasanya sulit sekali bagi saya untuk memilih satu yang terbaik. Menilai puisi baik atau tidak saja sulitnya minta ampun, apalagi memilih satu puisi terbaik di antara seratus puisi dari satu buku. Entahlah, mungkin saya yang terlampau merendahkan kemampuan pembaca puisi Indonesia. Artinya, inilah kelemahan lain dari kontes ini. Mengandalkan pembaca untuk menentukan satu puisi dan menobatkannya sebagai puisi terpilih bukan sebuah langkah yang adil.

Sudah saya sebutkan, bahwa pengirim SMS dalam kontes ini tidak bisa sembarangan. Mereka harus beli buku dan mencantumkan nomor yang tertera di buku tersebut. Saya ragu apakah ketentuan ini banyak ditaati oleh pengirim SMS. Kenapa? Pertama, saya tidak tahu berapa eksemplar buku yang dicetak, dan berapa yang terjual. Lantas dari buku yang terjual saya pun ragu apakah semuanya kemudian mengirimkan SMS untuk ikut kontes ini?

Ketentuan ini bisa diakali. Misalnya, saya suruh teman-teman saya untuk ke toko buku lalu menyalin kode di buku itu tanpa membelinya, lalu mengirim SMS ke panitia. Kenapa bisa begitu? Baca pengumuman panitia ketika mengumumkan pengirim SMS yang menang: Para pemenang diwajibkan menunjukkan bukti kepemilikan buku yang mencantumkan kode buku yang persis dengan data milik panitia. Apabila pemenang di atas tidak memiliki buku dengan kode buku yang dimaksud, maka panitia berhak mengalihkan hadiah kepada pemenang lainnya. Nah, kan? Mari kita tunggu, apakah tiga pengirim SMS itu nanti bisa membuktikan bahwa dia memang memiliki buku dengan kode yang sama dengan data panitia.(bersambung)