Monday, September 25, 2006

Letter to a Young Poet (Letter 1)

"...ask yourself in the most silent hour of your night: must I write?"

INILAH surat pertama dari sepuluh surat yang merupakan bagian dari risalah yang berada di peringkat puncak, yang paling direkomendasikan dalam deretan buku tentang Proses Kreatif. Masterful and highly inspirational. Penyair Jerman Rainer Maria Rilke hingga kini masih dianggap sebagai penyair dengan gaya khas di era puisi modern. Wajib dibaca bagi siapa saja yang bergelut di dunia kreatif, khususnya di bidang sastra, terutama puisi.


Paris
Pebruari 17, 1903

Salam hormat,

Suratmu saya terima beberapa hari lalu. Aku ingin berterima kasih atas besarnya kepercayaan yang kau tempatkan padaku, Itulah semua yang bisa aku perbuat. Aku tak bisa mendiskusikan syair-syairmu, untuk beberapa alasan aku merasa asing dengan critism. Tak ada yang menyentuh sebuah karya sendi, lebih sedikit daripada kata critism. Tak semuanya bisa dinyatakan dan dilisankan, seperti yang biasanya diharuskan kepada kita untuk dipercaya. Sebagian besar pengalaman justru tak terlisankan, mereka terjadi di dunia kecil yang tak pernah dimasuki oleh kata-kata; dan yang lebih tak terkatakan daripada segalanya adalah karya seni, keberadaannya misterius dan ia terus ada disamping dunia kecil kita, hidup yang sementara, sekadar transit.

Dengan catatan ini sebagai pendahuluan, izinkan aku kasih tahu bahwa syair-syairmu tidak punya gaya khas, meskipun syair-syair itu sungguh punya kesunyian dan permulaan yang tersembunyi dari sesuatu yang personal. Aku rasakan itu sangat jelas pada puisi terakhir, "My Soul". Ada sesuatu yang mencoba untuk menjadi kata dan irama.

Engkau bertanya apakah syairmu bagus? Engkau bertanya padaku. Engkau juga bertanya kepada orang lain sebelumnya. Engkau kirimkan syair-syair itu ke majalah. Engkau membandingkan dengan syair lain, dan engkau kecewa ketika sejumlah editor menolak karyamu. Sekarang (sejak engkau bilang perlu saran saya), aku minta sudah hentikan saja itu. Engkau melihat keluar, dan itu lah yang harus engkau hindari sekarang. Tak ada yang bisa memberi advis dan bantuan--tak ada seorangpun.

Itulah yang harus kamu lakukan. Satu hal. Lihat dirimu sendiri. Temukan alasan uang menitahkanmu untuk menulis. Tengok apakah lasan itu sudah menyebarkan akarnya ke dalam hari terdalammu; buat pengakuan, apakah kamu akan mati kalau kamu dilarang menulis; dan lebih dari itu semua: tanyalah dirimu sendiri di saat malammu yang paling sepi: apa memang harus saya menulis? Gali dalam dirimu, temukan jawaban yang dalam. Dan apabila jawaban sesuai dan bergema keras, apabali engkau menjawab pertanyaan ini dengan jawaban tegas, "Ya, saya harus!" Maka kembangkan hidupmu sesuai dengan tekad itu. Hidupmu, sesederhana apapun harus menjadi tanda (sign) dan saksi (witness). dari gerak hati (impulse) ini. Lalu, cermati alam. Lalu, jangan lakukan seperti yang dilakukan orang lain sebelumnya, cobalah ugkapan apa yang kau lihat dan kau rasakan, cinta dan kehilangan. Tapi jangan tulis puisi cinta. Hindari bentuk sajak ini, karena teralalu gampangan dan teralalu biasa. Padahal puisi cinta sesungguhnya itu sangat sulit dibuat. Puisi cinta menuntut kekuatan yang penuh, perlu kematangan penulis, hingga perlu bernar-benar tercipta puisi yang individual, kaya rasa, padalah puisi jenis ini sudah sangat banyak sekali jumlahnya.

Maka selamatkanlah dirimu dari tema umum ini dan tulislah tentang apa yang ditawarkan oleh hidupmu sehari-hari. Gambarkan penderitaanmu dan keinginan terdalammu, yang melintas lewat pikiran dan percayamu -- uraikan semua ini dengan getar hati, dalam sunyi, ketulusan hati, dan ketika kau ekspresikan dirimu sendiri, gunakan segala sesuatu yang ada di sekitarmu, wujud dari mimpi-mimpimu dan obejek-objek yang kau ingat. Kalau hidup sehari-harimu sepertinya tak ada yang istimewa, jangan salahkan. Salahkan dirimu sendiri. Akui saja bahwa dirimu tak cukup syarat menjadi penyair yang dapat terus menerus memperkaya hidup; karena bagi seorang kreator tak ada istilah hidup kaya atau miskin. Dan walaupun engkau dikurung dalam penjara yang dindingnya meredam seluruh suara dunia -- bukankah engkau masih punya masa kanak-kanak? Juga perhiasan tak ternilai harta karun kenangan. Alihkan perhatianmu ke situ.

Cobalah membangkitkan perasaan yang karam tenggelam, dari masa lalu yang kaya itu; pribadimu akan menjadi lebih kuat, kecemasanmu akan melebar dan menjadi tempat di mana engkau dapat hidup dalam senja, dimana bising suara oarang lain jadi lampau sudah, jauh berjarak. Dan apabila smua itu berbali datang, bangkit dari benam dengan kata-katamu sendiri, itu salah saatnya syair datang, dan kau tak perlu berpikir untuk bertanya apakah syair itu bagus atau buruk. Juga tak perlu untuk mencoba-coba apakah syair itu sebagai milikmu yang alami, bagian dari kepingan hidupmu, suara hidupmu. Sebuah karya seni bernilai ketika ia bisa terbit-bangkit karena diperlukan. Itulah satu-satunya cara seseorang bisa menilai sebuah karya.

Karena itu, aku tak bisa memberimu advis, kecuali satu hal, kembalilah ke dalam dirimu sendiri dan tengok lagi seberapa dalam arus dimana hidumu mengalir langsung dari sumbernya, engkau akan menemukan jawaban dari pertanyaan apapun yang harus kau pertanyakan. Terimalah jawaban itu, terimalah apa yang diberikan padamu, tanpa harus mencoba untuk menginterpretasikannya. Mungkin dengan cara itu engkau akan menemukan bahwa dirimu memang diseru untuik menjadi penyair. Lalu, terimalah takdir itu, dan embanlah itu, itu adalah beban juga kehormatan, tanpa pernah bertanya apa yang didapat dari luar. Untuk seorang kreator sebuah dunia harus tercipta baginya, dan harus menemukan semuanya dalam dirinya dan di dalam alam, kepada siapa seluruh hidup ini dipasrahkan.