Monday, September 25, 2006

A Letter to a Young Poet*

INILAH risalah yang berada di peringkat puncak, yang paling direkomendasikan dalam deretan buku tentang Proses Kreatif. Masterful and highly inspirational. Rilke hingga kini masih dianggap sebagai penyair dengan gaya khas di era puisi modern. Wajib dibaca bagi siapa saja yang bergelut di dunia kreatif, khususnya di bidang sastra, terutama puisi.


Di akhir hidupnya, penyair Chech Rainer Maria Rilke berkorespondensi dengan seorang penyair muda, Franz Xavier Krappus. Franz muda, setelah membaca buku koleksi Rilke, serta merta ia menyurati Rilke. Dikirimnya puisi karyanya untuk dibaca penyair agung itu dan minta sejumlah saran.

Berikut ini adalah sejumlah surat yang peling memberi inspirasi, yang dikumpulkan dan dipublikasikan sesudah Rilke mininggal. Krappus memulai suratnya seperti berikut:

Di akhir musim gugur 1902. Saya duduk di bawah pohon chesnut tua, di taman Akademi Militer, Wina, membaca buku. Saya begitu terpesona dengan oleh kata-kata di buku itu, hingga hampir tak menyadari ketika pendeta di akademi itu, satu-satunya staf yang bukan tentara, Professor Horacek, duduk di sampingku. Dia mengambil buku di tanganku, melirik sampulnya, dan mengangguk-anggukkan kepala. "Poem of Rainer Maria Rilke?" dia bertanya sambil berpikir. Dia membuka-buka halaman buku itu, berhenti, membaca beberapa syair dan memandangi buku itu merenung-renung. Akhirnya, ia berkata, "well, Rene Rilke, muridku, sudah jadi penyair dia akhirnya."

Lalu setelah itu saya belajar darinya tentang seorang anak muda kurus yang dikirim orangtuanya ke Akademi Militer, 15 tahun lalu. Saat itu Horacek sudah bertugas sebagai pendeta di Akademi Militer. Hotacek masih ingat bekas muridnya itu dengan jelas. Dia menggambarkanmurid itu sebagai orang yang pendiam , serius, anak muda yang sangat berbakat, suka menyendiri, dan dengan sabar bertahan dari stres hidup di asrama militer. Setelah tahun keempat, dia pindah ke akademi militer lain di Mahrich-Weiskirchen. Lalu, bagaimanapun, dia nyaris kehilangan daya tahan belajarnya di resimen, maka orangtuanya menyuruhnya keluar dari sekolah itu dan mengizinkannya untuk melanjutkan studinya di rumah , di kota Prague. Lalu, apa yang terjadi setelah itu, tak diketahui lagi oleh Horacek.

Setelah percakapan itu, kuputuskan untuk mengirimkan surat ke Rainer Maria Rilke, juga karya-karya saya, dan meminta kritiknya. Waktu itu umurku hampir 20 tahun, tidak sungguh-sungguh di ambang karir, sebab ada yang bertentangan dalam diriku; sebuah pemberontakan dari dalam. Saya berharap dapat hiburan dan pengertian, dari seseorang dari pengarang buku In Celebration of Myself. Tak sungguh-sungguh meniatkannya, aku menulis surat begitu saja, lalu menyertakan syair-syairku. Pada syair-syair itu saya membuka semua perenungan trdalam saya sendiri tanpa ditutup-tutupi, padahal ini tak pernah saya lakukan sebelumnya.

Beberapa minggu lewat, dan jawaban surat pertama tiba. Surat bersegel biru, diposkan dari Paris. Di tanganku surat itu terasa berat, amplopnya bersih, indah dan tulisan tangannya sungguh meyakinkan. Seperti isi suratnya, dari baris pertama hingga baris terakhir. Lalu sejak itu mulailah korespondensi saya dengan Rainer Maria Rilke, hingga tahun 1908. Perlahan-lahan frekuensi korespondensi kami menurun dan akhirnya terhenti. Karena hidup mendesak saya untuk memilih jalan lain, yang oleh penyair penyair dengan sentuhan kepedulian, hangat, ramah, seperti hendak melindungi saya.

Tapi, itu tidak penting. Yang terpenting adalah, sepuluh pucuk surat---penting untuk memahami dunia yang dihidupi dan digeluti Rainer Maria Rilke, penting untuk siapa saja yang mulau dan sudah terlibat sekarang dan di masa nanti. Ketika jiwa yang besar dan terpilih bicara, yang harus mesti tutup mulut.

Franz Xaver Krappus
Berlin, June 1929.