Tuesday, July 25, 2006

[Ruang Renung # 155] Pembicaraan Diluar Puisi

ADA kalanya penyair dibicarakan di luar urusan puisinya. Ada kalanya satu penyair dibandingkan dengan penyair lain, dibanding-bandingkan riwayat hidupnya.

MEMANG, ada yang benar pada kalimat: setelah berkarya maka pengarang telah mati. Tak apa, sesekali, kita boleh ikuti pembicaraan itu, tapi kita harus menggiring jejak ikutan kita ke arah puisi-puisi si penyair yang dibicarakan, ketika pembicaraan berlangsung atau pun setelah itu. Lebih afdol apabila pembicaraan tentang penyair itu didahului dengan pendalaman pada puisi-puisinya.

ADA sebuah aforisma: semua hasil karya - dalam hal penyair adalah puisi-puisinya - adalah biografi si seniman. Hal lain di luar karya adalah catatan kaki saja.

SAYA ingin terus menambah alasan dan pembuktian untuk terus-menerus setuju pada aforisma itu. Sebuah puisi akhirnya bisa diberi catatan banyak: kenapa penyair menulis puisi itu? Di mana dia menulis? Kapan penulisannya? Tengoklah, semua jawaban atas pertanyaan itu berkelindan tetapi berada di luar puisi itu bukan? Semua menjadi catatan kaki yang menarik bagi puisi itu, dan tentu saja bagi si riwayat hidup si penyairnya. ***