ULAR yang dulu memperdaya Bunda Hawa melilit saja di batang 
khuldi pohon yang segera meranggas mati setelah buah pertamanya 
dipetik Bapa Adam dan sisiknya menjadi daun pedas lalu kini kita 
menyebutnya sirih yang sempat dipetik beberapa lembar oleh Bunda 
Hawa sebelum dia menjejakkan kaki di dunia dan menanamnya sebagai 
isyarat perih dan sesal serta mengunyah daunnya untuk mengusir mual  
karena waktu tiba-tiba ada dan tiba-tiba saja mulai membuat tanda 
batas nun di kelak sana batas antara degup hidup yang gugup dan mati 
yang menanti dan Bunda Hawa merasa harus bergegas bertemu dengan
Bapa Adam dengan sebuah maaf dan rindu yang juga tumbuh bersama 
waktu dan Bunda Hawa ingin mempersembahkan sirih yang ia pelihara 
bagi Adam kelak di pertemuan pertama mereka setelah saling mencari
sekian lama sedemikian lara sekian rindu hati sedemikian merdu sunyi.