Wednesday, May 19, 2004

Reportase di Luar Kamera

: ferry & ersa



Bisik itu berulang, "Kapan saya pulang?"



Kita pun sama bimbang, dan rumah datang,

sebagai bayang-bayang. Jauh memanjang.

Tinggal satu-satunya pintu:

        mata menuju,

        tanya mengaju.



Siapa yang asing, di halaman depan kita itu?



Kita sama tak tahu. Tapi, Rumah adalah

istri dan anak sebelas bulan menunggu.



Rumah adalah 5.000 lelaki di hutan Langsa,

Piedie, Aceh Utara, mengarahkan laras

senapan ke Jakarta. Melawan. Atau Bertahan.



Rumah adalah 30.000 serdadu yang mendarat

darurat. Dengan perintah yang cepat: "Ayo,

lepaskan seribu peluru, mereka sah diburu!"



Bisik itu berulang, "Kapan kita pulang?"



Ada yang tak lagi bimbang. Ketika kita

pergi tak lagi kembali, dijemput peluru

yang tak sempat direkam kamera TV.



Ketika kita tak lagi mesti melaporkan,

"Tak ada yang harus disampaikan, ini

peristiwa sederhana: jemputan kematian..."



Kita sama tahu. Rumah adalah ketika

kita kembali dari bepergian. Sendirian.



Mei 2004