Monday, May 17, 2004

Lelaki yang Malas Membaca

Dia hanya membolak-balik halaman surat kabar itu.

Dia mencari-cari judul, membaca alinea pertama yang

amburadul. "Reporter tolol!" dia menggerutu dan

mengingat-ingat apa tadi yang dijawabnya ketika ada

yang bertanya, "Anda, memasuki daerah bebas buta

aksara. Apakah Anda bisa membaca? Tapi, ingat

disini Anda dilarang membaca apa-apa, Saudara!"



Dia masih melihat-lihat saja, surat kabar itu juga.

Dia ingin sekali meyakinkan dirinya, "Saya tidak bisa

membaca. Saya tidak kenal dengan kalian, hei

huruf-huruf celaka!" Tapi, he he, tentu saja dia bisa

membaca. Sejak TK sudah dihafalkannya, a, b, c, d

hingga v, w, x, y, dan z akhirnya.



Dia ingin sekali menjadi orang yang buta huruf saja.

Melihat deretan huruf-huruf seperti gambar-gambar tak

bermakna seperti yang dilakukannya dulu sewaktu

masih tak tahu apa-apa.



Dia ingin sekali menebak-nebak saja huruf itu.

Membayangkannya menjelma jadi apa saja yang dia

inginkan: elang terbalik, moncong pesawat penggal, tapal

kuda, garpu patah, bendera robek... dan apa saja.



Dia mengambil spidol, lalu mencoreti surat kabar itu.

Dia lingkari iklan nomor telepon yang menawarkan obat

kuat untuk pria: a home delivery. Dia beri tanda juga pada

nomor telepon bergambar wanita menjepit dada sendiri,

menggoda: premium call namanya. "Ah, masa depan

dunia kata-kata memang ada di tangan para wanita,"

katanya mengangguki kalimatnya sendiri.



Mei 2004