Sunday, November 7, 2004

Kamus Empat Kata Berhuruf Awal K

kimka: Jelas ia bukan untuk membalut luka, padahal tetes

       darah ini terus saja, minta dibebat minta diseka. Ia

       jelas bukan untuk menghapus air mata, padahal tangis

       ini mungkin saja bisa terseka oleh wangi tubuhmu yang

       kubayangkan ada pada halus seratnya yang berbunga-bunga.



kintaka: Akhirnya luka dan airmata itu semakin lengkap semakin

       sempurna. Tersimpan beruturan sejak kemarin, esok dan hari

       depan. Akhirnya luka dan airmata itu tersimpan rapi dalam

       kenang dalam renung. Dalam bayang dalam tenung.

       Dalam senang dan dalam murung. Kau tegas memberi tanda,

       pada tiap lembar halaman-halaman yang selalu kubaca juga.



kirana: Aku hanya berharap ada terang yang datang. Mungkin bukan

       dari sinar tubuhmu, bukan cahaya matamu. Sebab aku tak berharap

       lagi, sejak kelam mataku bisa membaca setiap nestapa dalam

       gelap yang paling hitam, dalam hitam yang paling pekat. Aku

       hanya berharap ada terang yang datang, pecah dalam kelopak,

       ketika kubuka dan kupejamkan mata.



kirah: Tetapi harapan itu katamu, adalah buah mentah yang harus

       ditunggu. Tetapi menunggu itu kataku, adalah satu-satunya

       alasan bagiku untuk tidak beranjak dahulu dari rindang pohon

       yang menawarkan sebuah bangku: aku duduk bersama teduhnya,

       bersama jatuh dedaunannya. Tetapi akulah kelelawar, katamu,

       yang mencuri buah mentah sebelum ia matang dan jatuh

       ke tadah tanganmu. Tetapi, aku memang hanya ingin menunggu,

       kataku, tak peduli apakah kau hewan pengerat atau hantu.