Monday, November 1, 2004

Jiwa yang Tercekau

Sajak Pablo Neruda



Bahkan kita pun tersesat di senja kala ini.

Tak ada yang melihat kita berpegang tangan malam ini

malam yang meluruhkan birunya ke dunia.



Aku melihat dari jendela yang terbuka

matahari berpesta, tenggelam di kejauhan puncak gunung.



Sesekali tampak sepotong matahari

terbakar seperti keping uang di antar dua tanganku.



Aku terkenang engkau, hati tercekau

dalam duka itu, dukaku itu, engkau tahu.



Lalu engkau, dimanakah?

Lalu di sana itu, siapakah?

Lalu yang disebutnya, apakah?

Kenapa saat segenap cinta tiba tiba-tiba

saat itu duka meraja dan kurasa engkau jauh disana?



Buku tersia senantiasa tak terbuka saat senja tiba

dan sweater biruku teronggok: simpuh anjing luka.



Selalu, selalu saja engkau menyusut melintasi malam

melewati senja, gelap yang menelan patung-patung.





The Clenched Soul



We have lost event this twilight.

No one saw us this evening hand in hand

while the blue night dropped on the world.



I have seen from my window

the fiesta of sunset int he distant mountaintops.



Sometimes a piece of sun

burned like a coin between my hands.



I remembered you with my soul clenched

in that sadness of mine that you know.



Where were you then?

Who else was there?

Saying what?

Why will the whole of love come on me suddenly

when I am sad and feel you are far away?



The book fell that is always turned to at twilight

and my cape rolled like a hurt dog at my feet.



Always, always you recede through the evenings

towards where the twilight goes erasing statues.