Saturday, November 20, 2004

Dongeng Tukang Jahit Selimut

/1/



"Jika ingin mengerti rahasia malam,

jadilah tukang jahit selimut," katanya.



"Jika ingin memahami hakikat dingin,

jadilah tukang jahit selimut," katanya.



/2/



Lelaki itu hidup sendiri. Hanya sendiri.

Terlebih sendiri bila alam sudah berselimut malam.



"Tuhan itu Maha Penjahit. Selimut

malamnya, sedikit pun tak pernah

kusam, sedikit pun tak pernah koyak,"

katanya menyebutkan kearifan yang ia hayati,

setelah bertahun-tahun menjahitkan

beratus-ratus selimut pesanan.



"Tapi siapa yang memesan malam,

Wahai Lelaki Penjahit Selimut?"

dia suka bertanya begitu, ketika

sesekali waktu, sesuatu malam dia

tak bisa memejamkan mata tuanya.



/3/



Lewat selimut dia menghayati apa maunya Tuhan.



"Pak Penjahit Tua. Tolong buatkan selimut untuk

bayi kami, yang sebentar lagi lahir dari rahim

istri saya. Selimut paling istimewa, bersulam

nama kami dan nama yang hendak kami beri

untuknya," ujar seorang lelaki muda yang datang

bersama istrinya yang tengah hamil tua.



Selimut itu akhirnya tak pernah dijemput si

pemesan. Meski ongkos bikinnya sudah

dilunaskan. Konon, anak yang namanya

tersulam di selimut itu, tak pernah sempat

dilahirkan. Hangatnya kematian memeluknya

erat tak terlepaskan. Selimut yang sudah

disiapkan, tak pernah sampai ia perlukan.



/4/



Lewat selimut dia memaklumi misteri manusia.



"Ini selimut yang dulu pernah Anda jahitkan,

utuk malam pertama kami. Selimut Perkawinan,"

kata seorang lelaki padanya. Sambil menyerahkan

sebuah selimut yang tentu saja ia masih ingat,

corak dan pola jahitannya. "Ambillah saja,

Pak Penjahit Tua. Simpankanlah untuk saya.

Saya tak sanggup lagi melihatnya, saya

tak juga tega membuangnya, sejak kutemukan

istriku bersama lelaki lain di balik selimut itu."



/4/



Lewat selimut pula, dia melihat ke balik kematian.



Ketika itu, seorang lelaki seumur dia datang sendirian,

setelah salam diucapkan, lelaki itu menyampaikan niatan.

"Tolong dirombak, selimut putih ini jadi kafan. Saya

ingin memastikan, kelak saya tetap merasa tentram di kuburan.

Soalnya, selimut inilah yang paling setia menjadi teman,

sepanjang hidupku sehingga kini, sehingga aku merasa

sebentar lagi dijemput kematian. Tolong diihtiarkan..."



/5/



Lelaki Tua Penjahit Selimut, wahai, dengan

apakah kau hangatkan dingin tidurmu sendiri?



Selimut kegemarannya adalah sebuah selimut

yang ia jahit dari kain perca. Selimut yang disusun

dari ribuan lembar kain selebar telapak tangan.



"Setiap potongan sisa kain, menyimpan sebuah cerita.

Sebagaimana catatan harian. Seperti jurnal kehidupan,"

ujarnya sambil saling berdekapan

dengan selimut yang ia kasihi.



/6/



Jika ingin memahami hakikat selimut,

cobalah telanjang di tengah dingin malam.



Jika ingin mengerti rahasia kehidupan,

meringkuklah di balik selimut terhangatmu, lalu

bayangkanlah hingga suatu saat ada yang menegurmu,

"Wahai engkau, orang yang berselimut..."