Sunday, October 1, 2006

Wawancara dengan Asap di Sebuah
Negeri yang Hutannya Selalu Terbakar



Tanya: Siapakah sebenarnya Anda, Wahai Asap?

Jawab: Siapa saya? Saya kira tak akan ada
yang pernah bertanya tentang siapa saya.
Senang sekali rasanya seandainya saya bisa
menjelaskan pada Anda siapa saya sebenarnya.

Tanya: Jadi, Anda ini siapa sebenarnya?

Jawab: Manusia sejak pertama menyalakan api
di dunia tak pernah peduli pada kami, pada asap
yang selalu hadir sebelum api, hadir bersama api,
bahkan tetap ada sesudah api mati. Tetapi, manusia
memang tak pernah mau menganggap kami penting.
Bukankah kalian selalu berkata, "ada asap maka ada
api?" Jadi kami hanya kalian jadikan tanda, kami hanya
isyarat bagi keberadaan api yang kalian sengajakan.

Tanya: Saya belum mengerti, siapa sebenarnya Anda?

Jawab: Ketika kami mengepung kota, bandara,
pelabuhan, sekolah dan rumah-rumah, maka kalian
bertanya, siapa yang menyalakan api? Siapa yang
membakar lahan dan pohon-pohon hutan? Siapa
yang hendak membuka kebun berjuta hektar luasnya?
Siapa yang menyulut ladang gambut? Dimanakah
titik-titik panas api tertangkap satelit? Tidak pernah
ada yang peduli tentang kami, bukan? Kalian sibuk
melacak jejak panas dan api, padahal mereka pasti
telah mati ketika kami sampai ke depan pintu dan
jendela rumah kalian di kota-kota yang jauh dari hutan
dan ladang tempat awal kami memulai perjalanan.

Tanya: Wah, Anda belum menjelaskan siapa Anda?

Jawab: Kami adalah sahabat angin yang tahu harus
meniup kami kemana, kami adalah sahabat angin
yang tahu kapan harus menurunkan dan menaikan
kami di angkasa, kami adalah sahabat angin yang
suka memainkan angka-angka pada alat pengukur
pencemaran udara yang kalian pasang di kota-kota,
kami adalah sahabat angin yang suka menyeludupkan
kami menembus masker yang kalian pasang di
mulut dan hidung kalian, kami adalah sahabat angin
yang ingin menyembunyikan langit dari pandangan
kalian tapi kalian tak pernah merasa kehilangan.

Tanya: Tolong, jelaskan dengan cara sederhana
siapakah Anda sebenarnya?


Jawab: Kalian tidak akan pernah mengerti siapa
kami sebenarnya, kecuali nanti jika mayat kalian
telah dikubur atau dibakar, ada asap bening yang
tersuling dari tubuh kalian setelah nafas terakhir
dihembuskan, tapi pada saat itu kalian tak perlu
lagi bertanya karena telah mengerti sepenuhnya
siapa diri kalian dan siapa kami yang sebenarnya.