Wawancara dengan Asap di Sebuah
Negeri yang Hutannya Selalu Terbakar
Tanya: Siapakah sebenarnya Anda, Wahai Asap?
Jawab: Siapa saya? Saya kira tak akan ada 
yang pernah bertanya tentang siapa saya. 
Senang sekali rasanya seandainya saya bisa 
menjelaskan pada Anda siapa saya sebenarnya.
Tanya: Jadi, Anda ini siapa sebenarnya?
Jawab: Manusia sejak pertama menyalakan api
di dunia tak pernah peduli pada kami, pada asap
yang selalu hadir sebelum api, hadir bersama api, 
bahkan tetap ada sesudah api mati.  Tetapi, manusia 
memang tak pernah mau menganggap kami penting. 
Bukankah kalian selalu berkata, "ada asap maka ada 
api?" Jadi kami hanya kalian jadikan tanda, kami hanya 
isyarat bagi keberadaan api yang kalian sengajakan. 
Tanya: Saya belum mengerti, siapa sebenarnya Anda?
Jawab: Ketika kami mengepung kota, bandara,
pelabuhan, sekolah dan rumah-rumah, maka kalian 
bertanya, siapa yang menyalakan api? Siapa yang 
membakar lahan dan pohon-pohon hutan? Siapa
yang hendak membuka kebun berjuta hektar luasnya?
Siapa yang menyulut ladang gambut? Dimanakah
titik-titik panas api tertangkap satelit? Tidak pernah 
ada yang peduli tentang kami, bukan? Kalian sibuk
melacak jejak panas dan api, padahal mereka pasti 
telah mati ketika kami sampai ke depan pintu dan
jendela rumah kalian di kota-kota yang jauh dari hutan 
dan ladang tempat awal kami memulai perjalanan.   
Tanya: Wah, Anda belum menjelaskan siapa Anda?
Jawab: Kami adalah sahabat angin yang tahu harus
meniup kami kemana, kami adalah sahabat angin
yang tahu kapan harus menurunkan dan menaikan 
kami di angkasa, kami adalah sahabat angin yang 
suka memainkan angka-angka pada alat pengukur
pencemaran udara yang kalian pasang di kota-kota,
kami adalah sahabat angin yang suka menyeludupkan
kami menembus masker yang kalian pasang di
mulut dan hidung kalian, kami adalah sahabat angin
yang  ingin menyembunyikan langit dari pandangan
kalian tapi kalian tak pernah merasa kehilangan. 
Tanya: Tolong, jelaskan dengan cara sederhana
siapakah Anda sebenarnya? 
Jawab: Kalian tidak akan pernah mengerti siapa
kami sebenarnya, kecuali nanti jika mayat kalian
telah dikubur atau dibakar, ada asap bening yang
tersuling dari tubuh kalian setelah nafas terakhir
dihembuskan, tapi pada saat itu kalian tak perlu
lagi bertanya karena telah mengerti sepenuhnya 
siapa diri kalian dan siapa kami yang sebenarnya.