Sunday, July 18, 2004

Dongeng Penyair Mati

dan Penjaga Kuburan






Akhirnya, penjaga kuburan itu

bisa juga tertawa.



Soalnya, hari itu ada sekumpulan penyair

menggandeng jenazah rekan seprofesi mereka,

yang semalam mati saat membaca puisi sendiri.



Sepanjang jalan, mereka tertawa-tawa: ha ha ha ha!

Sialan kau, Penyair Kesayangan. "Matimu seperti mati betulan..."



Lalu setelah jasad itu dicampakkan ke liang lahat

mereka pun membaca puisi bergantian...



"Dan kematian, semakin akrab...." kata penyair pertama

"Aku mau hidup seribu tahun lagi..." sambut penyair kedua

"Apa yang abadi pada sebuah poci? ..."sahut penyair lainnya

"Selamat nongkrong di kuburan..." timpal penyair berikutnya.



Begitulah, penyair-penyair itu membaca puisi,

mula-mula bergantian, lalu berebutan,

akhirnya semakin tidak karuan, dan makin lama

mereka tertawa cekakakan, seakan mau berkata:

"Rasain kau, kawan....siapa suruh kau mati duluan."



Akhirnya, penjaga kuburan itu

bisa juga tertawa, setelah menyaksikan

ribuan prosesi pemakaman yang selalu

memainkan lakon duka penuh kepura-puraan.



Ketika penguburan itu dianggap selesai,

si penjaga kuburan buru-buru berpesan:

"Sering-sering ziarah kemari ya, wahai Tuan-tuan..."



"Oke, Pak Kuburan, jangan khawatir,

kami sudah janjian kok, bakal mati bergantian,"

kata salah seorang penyair yang paling kolokan.