Monday, September 22, 2003

Rapatkan Mulut Seperti Penyelam di Laut*

Kau pejam mata menandai saat tak lagi jaga

Itu lelap? Bukan, itu saat musuhmu waspada.



Kau tahu yang di pelupuk kami tak mengawasinya

Masih bergesa mata, mabuk, alangkah, dalamnya.



Perlakuanmu keliru, tapi itu yang pasrah kuterima

Kesalahanmu, seperti berkah Tuhan, kusambut gembira.



Banyak kepala tertunduk, ketika pandang bertepuk

Tersayat oleh tajam, tetes-tetes air, kau pun takluk .



Duh, dua mataku badai lautan darah

Dunia-dunia terhancur dalam amuk bah.



Kadang darah kehausan, pesan tuhan terkabar

Ada penuang piala, anggur, semerah darah segar.



Anggur dan penuang piala? Jejak Tuhan jua.

Tuhan hanya tahu, cintaku ini bermakna apa.



Di dapur hati, anggur dan santap kita nikmati

Lalu seluruh kota mengendusi isyarat wangi.



Rapatkan mulutmu seperti penyelam di laut

Hanya di dalam air, hidup ikan berlanjut.



Dari Divani E-Sham, Jalaluddin Rumi.

* Judul dari HA.