Friday, September 26, 2003

Dari Masam dan Pahit, Menuju Manis Rasa

Andai pohon itu dapat berlari dan terbang mengepak
Ia tak menanggung sakit tersebab gergaji dan kapak

Andai sayap dan kaki matahari tak mengitari malam,
Apa yang menyinari dunia di pagi yang pasanga dalam?

Andai laut tidak menguapkan asin airnya ke langit,
Bisakah hujan dan sungai memacu kebun tumbuh bangkit?

Ketika setetes meninggalkan rumah lalu kembali pulang,
Ia menjadi mutiara setelah menemukan nyaman cangkang.

Bukankah Yusuf bertolak tinggalkan Bapanya bertangisan?
Bukankah ia menjemput keberuntungan, kerajaan, kemenangan?

Bukankah Muhammad berhijrah ke kota Madinah,
Menyebar kedaulatan dan ajaran ke ratusan wilayah?

Meskipun engkau tak berkaki, bertualanglah ke dalam diri,
Bagai tambang permata rubi, menerima jejak dari matahari

Mengembaralah O, tuan, dari luar diri, ke diri sendiri
Penjelajahan itu: bumi menjadi tambang emas murni.

Dari masam dan pahitnya, menuju pada manis rasa
Dari tanah yang asin, ribuan buah semi berbunga.

Pada Matahari, pangeran Tabriz, menggenggam keajaiban,
Pada setiap pohon, dari matahari terpetik kejelitaan.


Divani Shams KE-27 Jalaluddin Rumi
* Judul dari HA