Tuesday, September 9, 2003

Ode Bagi Pengamatan Burung

Sekarang

mari kita mencari burung!

di kukuh cabang-cabang tinggi

di hutan ini,

Lapisan subur humus

di hampar dasar,

alam yang

basah.

Setetes embunkah setetes hujankah

cemerlang, menetes jatuh,

kerlap bintang memencil kecil

di sela daun-daun.

Tatkala hari pagi.

Bunda bumi

sejuk sekali.

Udara

seperti alir sungai

yang menyentak

sepi.

Ada aroma rosemary

di lapang udara

di lengang akar.

Di atas kepala,

lagu yang luar biasa.

Burungkah ia?

Alangkah

nyaring bunyi, meski

ronggak suara itu tak

selebih lebar jari.

Akankah ada luruh air

dari nyanyinya itu?

Betapa terang, betapa girang!

Tak kasat mata

bertenaga

menderas

mengalun musik

pada helai-helai daun.

Percakapan sakral!

Terbasuh bersih, terpugar segar.

Hari ini

pun menggema suara

seperti alun nada dulcimer* hijau.

Kukubur saja

sepatuku

di lekat lumpur

lalu melompati anak-anak sungai.

Ada duri

menusukku dan sesentak

hembus angin bagai

gelombang kristal

membuncah di dadaku.

Lalu, dimanakah

agaknya ia burung-burung itu?

Mungkun ia yang mendesau

di daun-daun?

Ataukah ia butir beludru coklat

yang turun beriring?

Ataukah wewangian

yang tak tergantikan? Daun itu

yang merelakan pergi aroma cinnamon

--- diakah burung itu? Debu itu

yang terlepas dari magnolia

atau buah itu

yang jatuh bergedebam ---

Apakah itu suara kepaka kibas sayap?

Oh, hewan-hewan mungil yang tak

tampak

burung-burung iblis

dengan denging nyaringnya

dengan bulu-bulu tak terpakai

Aku hanya ingin

memeluk mengelusnya!

Menyaksikannya megah berseri

Aku tak ingin melihat di balik kacamata

cahaya yang telah terawetkan.

Aku ingin melihat mereka hidup.

Aku ingin menyentuh bulu-buu

yang nyata tersembunyi,

yang tak kan pernah mereka lupakan

di cabang-cabang

dan berbincang dengan

mereka

hinggap duduk di bahuku

meskipun mereka terbang lagi

meninggalkanku bagai patung

yang tak semestinya terbalur pucat.

Mustahil

Engkau tak kan bisa menyentuh.

Engkau bisa mendengar mereka

seperti hinga, seperti gerak

yang memukai riang.

Mereka bercakap akrab

dengan ucap yang tertakar

mereka mengulang

apa yang mereka pandang.

Mereka membualkan

sebanyak apa yang bisa dilakukan.

Mereka menanggapi

pada apa saja yang ada.

Mereka telah mempelajari

ilmu yang terpasti

seperti hidrografi.

Dan dengan pengetahuan itu

mereka tahu

di manakah gerangan ladang

padi yang tengah matang.



---- dari sajak Ode to Bird Watching terjemahan Jodey Bateman dari sajak Pablo Neruda.



* a stringed instrument of trapezoidal shape played with light hammers held in the hands. (Merrriam-Webster Dictionary)