Sunday, August 15, 2004

Percakapan 2 Pengunjung Sirkus

+ Singa-singa itu...



- Mereka sudah ditekuk takluk. Diberi makan

cukup untuk patuh pada cambuk. Kau tahu?

Mereka lahir di kebun binatang kota, tak kenal

jejak perkelahiran di padang-padang perburuan.

Sirkus, memang sebuah pertunjukan tanpa

pertanyaan. Kita datang dan pulang tanpa

membawa apapun jawaban. Kita hanya perlu

sebuah hiburan. Hanya perlu sebuah pelipuran.



+ Dan kita bertepuk untuk....



- ....sebuah perasaan menang. Auman itu

bukan sebuah geram yang dibahanakan.

Auman itu cuma aksi pelengkap untuk

sempurnanya sebuah pengelabuan. Lihat,

kita masih meremang, bukan? Dongeng

tentang raja hutan itu, belum kita lupakan.



+ Lihat, lingkaran api itu dilompati...



- Ya, pertunjukan ini pun jadi sempurna, bukan?

Atraksi ini bukan cerita keberanian. Ini cuma

semacam pameran kepatuhan.



+ Dan badut-badut itu...



- ....sayang. Singa-singa itu tak pernah bisa

dilatih untuk tertawa. Mungkin kelak perlu

semacam topeng atau tata wajah khusus

dengan bedak dan gincu di wajah-wajah itu.

Wajah singa itu, maksudku. Sebab, panggung

itu memang perlu sebuah banyolan, juga olokan.

Sebagai selingan pertunjukan. Agar makin

tak sia-sia tiket ini. Sebelum kita campakkan.