Friday, August 13, 2004

Hikayat Kursi Tamu

Akhirnya sampai juga, seperangkat kursi tamu

itu ke alamat yang dituju. Supir truk pikap

yang mengantarkannya, merasa pernah

pada suatu ketika menjemput kursi-kursi itu

dari sebuah alamat lain dan membawanya

ke toko loak. "Tapi aroma peliturnya kok masih

segar sekali, ya?" katanya menebak-nebak.



Akhirnya ada juga seperangkat kursi tamu di

rumah itu. Televisi tua yang sudah mulai kabur

ingatannya merasa pernah mengenal teman

barunya itu, dulu di suatu waktu di suatu tempat.

"Mungkin dia yang bersamaku, di toko

loak itu," katanya menduga-duga.



Ada seseorang yang lewat di depan rumah

yang sekarang berperabot kursi tamu itu.

Ia melihat dan seperti pernah mengenal

kursi tamu itu, seperti diingatkan bahwa

ia suatu ketika pernah bertamu ke sebuah

alamat. Dia ingin sekali singgah, tapi tak

menemukan alasan untuk si tuan rumah.

"Ah, siapa yang peduli pada tukang

perbaiki kursi keliling seperti aku?" ujarnya,

setengah merendah, sisanya seperti gerutu.