Sunday, May 25, 2003

SURAT dari SEBUAH KATA

kepada PENYUSUN KAMUS




Salam hormat,



Maaf, mungkin surat ini mengejutkan Tuan. Tapi, sungguh

Tuan, aku harus menulis surat ini. Aku dengar Tuan

akan merevisi kamus Tuan pada edisi terbaru nanti.

Untuk itulah, Tuan, maka kutulis juga surat ini.



Aku berterima kasih, Tuan sudah memasukkan saya ke

dalam kamus yang Tuan susun. Aku, terus terang saja,

bangga dengan arti yang Tuan uraikan di kamus itu. Tapi,

itulah masalahnya, Tuan. Sekarang, rasanya terlalu berat

menyandang arti itu. Terlalu beban rasanya menjadi

kata ini, menjadi diri sendiri.



Maksud saya, Tuan. Bisakah Tuan menguraikan arti yang lain

dari arti diriku sekarang ini? Arti yang bukan seperti yang

Tuan uraikanm pada kamus-kamus edisi terdahulu itu?



Jika tidak, Tuan, jika memang harus seperti itu makna diriku,

maka sebaiknya kosongkan saja uraian pada kata buatku itu.

Ya, kosongkan saja. Lebih baik begitu. Jangan dihapus, supaya

siapa saja bisa mengartikan aku apa saja. Atau tidak memaknai

apa-apa. Atau biarkan mereka bertanya, "hei ini artinya apa ya?"



Ya, jangan dihapus, Tuan. Biar mereka yang kelak membaca, tahu

bahwa dulu ada kata ini, ada aku ini: kata yang kehilangan makna sendiri.



Demikianlah, Tuan. Terima kasih atas perhatian, Tuan.



Salam hormat: ......





Mei 2003